Meski demikian, banyak analis politik melihat strategi ini sebagai upaya modernisasi birokrasi dan keterbukaan publik. Dalam era digital, keterhubungan langsung antara pemimpin dan rakyat dapat menjadi alat transparansi sekaligus pengawasan sosial yang efektif.
Baca Juga: Aplikasi TikTok Keluar Sendiri? Coba Cara Ini
Larangan Wisuda dan Debat dengan Siswi SMA
Viralnya istilah “Gubernur Konten” juga beriringan dengan perdebatan publik yang melibatkan Dedi Mulyadi dalam isu larangan wisuda sekolah.
Dalam sebuah video yang beredar pada 27 April 2025, Dedi terlibat adu argumen dengan Aura Cinta, seorang siswi SMA yang mempertanyakan kebijakan Gubernur Jawa Barat tersebut yang menolak pelaksanaan wisuda di tingkat TK hingga SMA.
Menurut Dedi, wisuda merupakan pengeluaran yang tidak mendesak dan dapat membebani keluarga, khususnya mereka yang kurang mampu.
“Masyarakat miskin yang bahkan tidak memiliki rumah, tetapi masih ingin ada wisuda? Ini tidak tepat,” tegasnya.
Sementara itu, Aura Cinta menilai bahwa acara perpisahan sekolah dapat tetap dilaksanakan dengan biaya yang lebih ringan, sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan siswa selama belajar.
Perdebatan ini pun menjadi bahan diskusi publik yang cukup tajam di dunia maya, memperkuat posisi Dedi sebagai figur pejabat yang kontroversial namun komunikatif.