Dalam berbagai tradisi dan budaya, Kamis Putih memiliki beragam nama seperti "Maundy Thursday" atau "Holy Thursday", tergantung pada konteks bahasa dan kebiasaan setempat.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Kamis Putih mengajarkan bahwa kekuasaan sejati terletak pada kemampuan untuk mengasihi dan melayani. Nilai-nilai seperti pelayanan tanpa pamrih, kerendahan hati, doa yang tulus, kasih kepada musuh, serta kesadaran akan bahaya nafsu duniawi, menjadi inti dari makna hari ini.
Selain itu Dilansir dari channel YouTube Komsos Paroki Rawamangun.
Makna Perayaan Trihari Suci, Dari Kamis Putih hingga Vigili Paskah Menurut Romo Feri
Umat Katolik di seluruh dunia tengah bersiap memasuki masa paling sakral dalam tahun liturgi, yaitu Trihari Suci, yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Vigili Paskah. Dalam sebuah wawancara bersama Romo Feri, terungkap makna mendalam dan simbol-simbol khas yang mewarnai ketiga hari tersebut.
Kamis Putih: Kemuliaan Dinyanyikan Kembali
Meski selama Masa Prapaskah nyanyian “Kemuliaan” dan “Haleluya” ditiadakan, dalam Misa Kamis Putih, nyanyian “Kemuliaan” kembali dikumandangkan. Romo Feri menjelaskan bahwa hal ini karena Kamis Putih termasuk perayaan besar atau hari raya dalam liturgi, sehingga sesuai aturan Gereja, nyanyian “Kemuliaan” kembali diperbolehkan.
"Pada Kamis Putih kita mengenangkan Perjamuan Terakhir Yesus bersama para murid, dan suasananya adalah suasana penuh syukur dan sukacita," jelasnya.
Krotalus Gantikan Lonceng
Menariknya, pada bagian akhir Misa Kamis Putih, bunyi lonceng digantikan dengan krotalus alat dari kayu yang berbunyi “klek klek”. Pergantian ini menandai transisi suasana dari sukacita menuju keheningan dan kesedihan menjelang Jumat Agung. Krotalus digunakan dalam perarakan pemindahan Sakramen Mahakudus sebagai simbol bahwa suasana telah berubah, memasuki masa penderitaan Kristus.
Baca Juga: Antisipasi Aksi Teror, Polisi Sterilisasi Gereja Katolik Salib Suci Koja Jelang Misa Kamis Putih
Jumat Agung: Bukan Misa, Tapi Ibadat
Jumat Agung bukanlah misa seperti hari-hari biasanya. “Itu satu-satunya hari dalam tahun liturgi di mana tidak ada perayaan Ekaristi,” ungkap Romo Feri. Ibadat Jumat Agung berfokus pada penderitaan dan wafat Yesus Kristus. Sakramen seperti baptisan, pernikahan, dan tahbisan tidak dilaksanakan pada hari ini.
Pada awal ibadat, imam melakukan tiarap di depan altar, lambang penyerahan diri dan solidaritas terhadap penderitaan Kristus. Saat Yesus dalam kisah sengsara berseru “sudah selesai”, umat diajak berlutut untuk menghormati karya keselamatan yang telah genap.
Tidak Ada Musik, Hanya Keheningan
Suasana hening dalam Jumat Agung juga ditandai dengan tidak digunakannya alat musik. Lagu-lagu dinyanyikan secara a cappella atau tanpa iringan, dan jika pun ada musik, nuansanya bersifat minor sedih dan reflektif. Musik tidak digunakan karena ia melambangkan kemeriahan, yang bertentangan dengan makna penderitaan Yesus yang dikenangkan hari itu.
Sabtu Suci: Puncak Perayaan Iman
Vigili Paskah atau Sabtu Suci merupakan perayaan liturgi paling agung dalam kalender Gereja. Bacaan yang panjang, bahkan bisa mencapai tujuh, mencerminkan rangkaian sejarah keselamatan mulai dari penciptaan hingga kebangkitan Kristus. “Seperti tradisi umat Israel di malam Paskah, mereka mengenang karya Allah dengan menceritakan ulang sejarah iman mereka,” kata Romo Feri.