H-8 Lebaran, tepatnya Minggu, 24 Maret 2025, Terminal Kalideres semakin ramai. Calon penumpang terus berdatangan sejak siang hari. Tak hanya ke Sumatera, pemudik dari terminal ini juga menuju berbagai kota di Pulau Jawa.
Sebagian besar dari mereka membawa barang berharga, mulai dari kebutuhan pribadi hingga oleh-oleh khas kota rantau.
Dinda, 26 tahun, salah satu pemudik yang hendak pulang ke Surabaya, mengaku sudah mempersiapkan tabungan mudik sejak lama. Perempuan yang bekerja di Jakarta Selatan ini menyisihkan gaji untuk memastikan tetap bisa pulang kampung meski di tengah isu resesi global.
"Karena saya perantau, saya pasti pulang. Ongkos buat pulang kampung pasti saya sisihkan tiap bulan," ujar Dinda.
Senada dengan Dinda, Dimas, 31 tahun, pemudik asal Lampung juga tetap mudik meski situasi ekonomi global tengah tidak menentu. Apalagi tahun ini jadi momen spesial bagi Dimas karena mudik pertama setelah menikah. Dia mengaku sangat antusias.
"Alhamdulillah masih bisa mudik, sekarang udah sama istri, jadi senang banget bisa pulang ke Lampung Tengah," ucapnya sambil tersenyum lebar.
Tidak hanya bus, Stasiun Pasar Senen di Jakarta Pusat juga mulai dipenuhi pemudik yang memilih berangkat lebih awal. Salah satunya Utami Roro, 27 tahun, yang memilih mudik ke Yogyakarta karena pekerjaannya yang fleksibel.
"Kebetulan saya kerja remote, jadi bisa lebih santai. Selain itu, kemarin pas war tiket H-1 atau H-2 Lebaran sudah susah, makanya saya berangkat sekarang," kata Utami yang akan naik kereta Senja Utama YK.
Dia juga merasa senang bisa merasakan suasana Ramadan di kampung halaman lebih lama. "Bisa bantu orang tua beres-beres, bisa sahur sama keluarga juga, jadi senang pulang lebih awal," imbuhnya.
Berbeda dengan Utami, Radit, 31 tahun, pemudik asal Semarang, memanfaatkan kebijakan kantornya yang menerapkan sistem work from anywhere (WFA). Dia pun berhasil mendapatkan tiket kereta Majapahit setelah memesan dari jauh-jauh hari.
"Pas tahu bisa kerja dari mana aja, saya langsung pesan tiket seminggu sebelum Lebaran. Untungnya dapet," ujar Radit yang tampak lega.
Sementara itu, Karmanah, 51 tahun, memilih mudik lebih awal demi kenyamanan dirinya dan dua anaknya. Dia trauma dengan pengalaman tahun lalu yang membuatnya harus berdesakan di kereta dan stasiun.