Bayi itu ditemukan oleh saksi, Basrun sekitar pukul 10.30 WIB, saat akan menyalakan mesin pompa air di rumah tersebut. "Tim Inafis Polres Metro Jakarta Utara melakukan pemeriksaan terhadap jasad bayi, dan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan," ujar Andry.
Saat ini, penyelidikan masih berlanjut, dan pihak kepolisian sudah memeriksa dua saksi serta melakukan penyisiran rekaman CCTV sebagai petunjuk lebih lanjut.
Berikan Konten yang Sehat
Bahaya teknologi yang diracuni oleh tontonan pornografi dapat merusak moral seseorang dan norma-norma sosial. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Sosial sekaligus Pengajar Humas Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati.
Menurutnya, perilaku menyimpang yang berkembang di kalangan muda-mudi, hingga berujung pada pergaulan bebas, sering kali dipicu oleh penyalahgunaan teknologi digital.
"Menurut riset KPAI, 18 tahun lalu, sebanyak 60 persen anak SMP sudah terlibat dalam hubungan seks. Dan sembilan dari sepuluh anak tersebut sudah menonton film porno," ujar Devie kepada Poskota, Rabu, 29 Januari 2025.
Devie menjelaskan, saat ini konsumsi media semakin mudah dan bebas. Masa remaja, yang memiliki daya ingat yang kuat, sangat rentan terhadap pengaruh buruk jika terpapar tontonan pornografi digital. "Paparan semacam ini bisa merusak akal, moral, mental, dan spiritual anak," katanya.
Akibatnya, lanjut Devie, anak-anak yang terpapar konten beracun seperti pornografi bisa terpengaruh secara negatif dalam perkembangan pikiran dan perilaku mereka.
"Anak-anak bisa meniru tindakan yang tidak pantas, bahkan mungkin melakukan hal-hal yang sangat berbahaya, karena 'asupan' digital yang mereka konsumsi telah merusak pola pikir mereka," tambahnya.
Devie juga mengungkapkan, banyak negara telah mengatur akses konten untuk anak-anak dengan tujuan memberikan asupan konten yang lebih sehat. "Jika anak-anak mendapatkan 'vitamin' yang bergizi dari konten yang mereka konsumsi, maka kemungkinan terjadinya kerusakan pada akal, moral, mental, dan spiritual mereka dapat diminimalisir," ujarnya.
Dia menekankan, perkembangan yang baik dan pengawasan yang tepat akan mencegah anak-anak dari pengaruh buruk. Anak dan remaja usia 24 tahun bisa tetap memiliki pemikiran yang sehat jika mereka mendapatkan pengembangan yang baik. Dengan demikian, 'racun' dari konten negatif tidak akan menyebar ke pikiran mereka.
Untuk mencegah dampak negatif, Devie berharap anak-anak mendapatkan asupan konten yang positif, baik melalui kebijakan kuota internet yang sehat maupun pembatasan akses pada akun-akun tertentu. "Peran orang tua sangat penting untuk mengontrol akses anak-anak mereka terhadap aplikasi dan media digital," tambahnya.
Pentingnya Pemahaman Alat Reproduksi
Selain itu, Devie juga menekankan pentingnya pemahaman yang baik tentang alat reproduksi pada anak. Dalam riset yang pernah dilakukannya mengenai pendidikan seksualitas, Devie menemukan bahwa banyak anak yang masih kurang memahami aspek biologi tubuh mereka, termasuk alat reproduksi.