Lebih jauh, Denny JA berujar dalam demokrasi berlaku One Man One Vote atau satu warga satu suara.
"Berarti suara wong cilik itu enam kali lebih banyak dibandingkan suara wong gede, kalangan terpelajar," katanya.
Selain itu, kata Denny JA, LSI memainkan turut memainkan strategi billboard, door to door rumah di berbagai wilayah, dan kampanye di media sosial.
"Ini pesan politik baru yang pertama. Pesan politik kedua menjawab pertanyaan: bagaimana mendengar suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua. Suara mereka juga dinamis," sambung Denny JA.
Lebih lanjut, Denny JA menyebut telah datang revolusi ilmu pengetahuan. Suara mereka bisa diketahui melalui sampel, melalui statistik.
"Suara 204 juta pemilih itu bisa diketahui hanya dengan 1200 saja responden saja. Survei opini publik telah datang. Ia anak kandung dari demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa lembaga survei. Suara 204 juta pemilih dapat diketahui cepat sekali, setiap 2 minggu," jelasnya.
Namun demikian, Denny JA menyebut bahwa survei hanyalah Side A dari kerja untuk menjadi presiden. Sementara hanya sebagian survei membaca opini publik.
Ia menyebut yang tak kalah penting yaitu Side B, yakni mengubah opini publik. Di sinilah peran konsultan politik yang diemban olehnya.
Denny JA mengatakan, bagi Capres hanya mungkin menang pemilihan jika opini publik bisa dipengaruhi untuk lebih mendukung Capres itu.
"Peran politik baru sudah kita buktikan di lima kali pemilu presiden. Sejak 2004- 2024. Siapa yang menjadi presiden sudah, LSI Denny JA umumkan seminggu sebelumnya," imbuhnya.
Ia mencontohkan pada pemilu 2024 yang baru saja berlangsung. Tujuh hari sebelum hari pencoblosan, LSI Denny JA sudah mengumumkan Prabowo Subianto akan menang dengan interval tertinggi sekitar 58 persen.
Sementara Capres Ganjar Pranowo bisa mendapatkan interval terendah sekitar 16 persen.