"Dengan pengolahan nikel menjadi baterai, sumber daya nikel yang dieksploitasi akan memberikan manfaat dan keuntungan optimal bagi Indonesia. Jika saat ini untuk mendapatkan Rp 500 triliun bagi negara diperlukan 1,6 juta ton nikel per tahun, maka dengan proses industrialisasi, eksploitasi nikel dapat ditekan hingga sekitar 160 ribu ton, tetapi pendapatan yang diperoleh tetap besar untuk negara," ungkapnya.
Namun, Amin Ak juga mengingatkan bahwa penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan menjadi prioritas utama dalam pembangunan pabrik baterai ini.
Dia menekankan perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap limbah dan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh industri ini.
"Pemerintah harus memastikan bahwa pabrik baterai ini beroperasi dengan standar lingkungan yang tinggi dan mematuhi semua regulasi yang berlaku. Penting untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar," tegasnya.
Amin Ak juga mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan insentif yang dapat mendorong perkembangan industri baterai di Indonesia. Insentif seperti pemotongan pajak, dukungan riset dan pengembangan, serta fasilitas infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan daya saing industri ini dan menarik lebih banyak investasi.
"Dalam rangka mempercepat pengembangan industri baterai di Indonesia, Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor. Hal ini dapat berupa pemotongan pajak, fasilitas infrastruktur yang memadai, serta dukungan riset dan pengembangan. Dengan adanya insentif ini, diharapkan lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di sektor ini," paparnya.
Lanjut Amin Ak menenankan bahwa penting bagi Indonesia untuk tidak hanya menjadi produsen baterai, tetapi juga menjadi produsen kendaraan listrik. Dia menekankan perlunya pengembangan industri otomotif nasional sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan pada impor.
"Indonesia harus bergerak dari hanya menjadi produsen baterai untuk kendaraan listrik, tetapi juga menjadi produsen kendaraan listrik itu sendiri. Hal ini akan membantu mencapai kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Kita harus berani bermimpi besar dan bertindak untuk mewujudkannya," pungkasnya.