"Ada warga pendatang, karena imigran dari Surabaya dari mana lah, jadi kemarin juga waktu mau dapat Rumah Susun percuma data doang hasilnya nggak ada. Percuma nggak ada identitas," katanya di lokasi.
Karena hal itu, Budi bersama warga lainnya yang sudah puluhan tahun tinggal di sana merasa terusik. Apalagi jika sekolah Domba yang telah lama berdiri di sana akan dibongkar.
Pasalnya, sekolah Domba yang didirkan oleh umat Nasrani selama ini memberikan dampak positif yang begitu besar. Banyak warga di sana yang buta hurus, sehingga anak-anak mereka perlu bersekolah agak tak buta huruf seperti orangtuanya.
"Banyak yang buta huruf. Terus kalau sekolah Domba dibongkar anak-anak gimana? Banyak yang buta huruf," paparnya.
Budi menuturkan jika sekolah Domba merupakan satu-satunya tempat anak-anak belajar. Apalagi, anak-anak di sana tak perlu mengeluarkan uang untuk mengais ilmu. "Kalau dibongkar nasib anak-anak gimana? Mau di pindah ke mana?," keluhnya.
Sementara itu Lurah Jelambar Baru, Danur Sasono mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan warga yang tinggal di bawah kolong tol, lahan milik Jasa Marga.
"Arahan pimpinan untuk melakukan pendataan awal aja. Maping. Siapa saja apa aja yang ada di bawah (kolong tol). Data kemarin baru 31 KK," ujarnya kepada wartawan.
Setelah dilakukan pendataan, ditemukan banyak warga yang berasal dari luar daerah. Mereka yang merantau tidak mempunyai tempat tinggal tetap, sehingga mendirikan rumah kardus di bawah kolong tol.
Danur belum mengetahui nasib warga yang selama tinggal di bawah kolong tol Angke itu. Ia menyebut jika pihaknya hanya melakukan pendataan kepada warga yang selama ini tinggal di sana.
"Iya (relokasi) dari temen-teman Jasa Marga juga. Dari provinsi juga baru Tingkat Kota. Kita cuma pendataan aja, arahnya kemana kita ga tau," bebernya menanggapi hunian liar. (Pandi)