JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), sejatinya merupakan kawasan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan banjir di Jakarta.
Namun, dari waktu ke waktu, asri dan sejuknya suasana di BKT pun menjadi 'magnet' yang membuat kawasan tersebut kian sesak dijejali para pengunjung.
Sepertu diketahui, kawasan BKT saat ini merupakan kawasan yang dapat dikatakan sebagai 'Pasar Kaget' di Jakarta Timur. Sebab, sejak mulai fajar terbenam kawasan ini baru membukakan matanya dan akan kembali terlelap jelang larut malam.
Di BKT, pengunjung akan disuguhi pemandangan sungai yang 'tak begitu bersih', pepohonan yang cukup rindang, area olahraga keluarga, dan yang pastinya teriakan para pedagang pakaian, makanan, aksesoris, perangkat elektronik, hingga pengamen yang silih berganti menghampiri.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, riuhnya suasana BKT tentu juga terasa pada momentum bulan suci Ramadhan, bahkan pada momentum tersebut jumlah pedagang atau pengunjung di BKT bisa dikatakan membludak hingga berkali-kali lipat jumlahnya.
Namun, itu terjadi pada 2 tahun silam, tepatnya sebelum pandemi Covid-19 menyerang Indonesia.
Dikatakan Rohmat (36), pedagang pakaian di kawasan BKT Jakarta Timur ini mengatakan, semenjak pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menyerang Indonesia, dan pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan berbagai varian levelnya, membuat asa Rohmat dan rekannya yang lain pun pupus seketika.

Kondisi kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur yang masih sepi terimbas pandemi.(Adam)
"Wah parah dah itu pas awal-awal PPKM saya bener-bener bingung. Penghasilan cuma dari jualan baju aja, sekarang jualan offline gak boleh, takut ada kerumunan atau penularan. Jualan online, sepi, ekonomi juga lagi kacau-kacanya itu kan," kata dia saat ditemui Poskota.co.id di kawasan BKT, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Minggu (3/4/2022).
Bapak 2 orang anak itu melanjutkan, kebijakan yang diterapkan di kawasan BKT saat ini pun dirasa tidak membuat keadaan hidupnya jauh lebih membaik. Pasalnya, sebelum pandemi kawasan BKT adalah kawasan favorit masyarakat untuk menunggu waktu berbuka puasa.
"Wah, dulu pas puasa di BKT mah jangan ditanya. Dari ujung ke ujung tuh penuh yang dagang takjil, termasuk saya pas tahun kemarin. Saya jualan kolak sama gorengan di sini sebelum maghrib. Dan alhamdulillah rezekinya ada tuh di situ," ujar dia.
"Kalau sekarang ya Mas bisa liat lah, kan dibatas yang jualan di sini. Dari jam 4 alhamdulillah udah ada 12 orang lah yang beli di sini. Mudah-mudahan aja sih nanti udah mulai normal lagi keadaan. Sedih saya liat BKT sepi gini," sambung dia.
Adapun Hasbi (23) dan Indra (30), dua pemuda sekitar BKT yang mencoba mendulang rezeki dengan berjualan timun suri ini mengatakan, saat ini kawasan BKT memang tidak seramai dahulu.
"Kalau sekarang ya kaya gini, sepi lah bisa dibilang. Biasanya kalau puasa kan rame ini tempat. Tapi karena ada Covid sama PPKM orang yang ke sini jadi jarang," ucapnya.
Dia memaparkan, pada dua tahun yang lalu, omzet berdagangnya bisa dikatakan menakjubkan. Namun, setelah diserang pandemi, keadaan jadi berbalik 180 derajat.
"Sebelum Covid jualan kita seminggu juga udah ludes, terus minta barang lagi. Kalau sekarang mah mungkin ini kita bawa segini, bisa buat 1 bulan kali," tuturnya.
"Kita mah setuju aja kalau memang mau dilakukan penutupan, biar penularan Covid-19 juga gak masif. Tapi, jangan sakitin hati kita juga. Sekarang nonton MotoGP boleh berdesakan, tapi kenapa di BKT gak boleh? Itu bisa disebut adil gak?," tambah keduanya.
"BKT ini sebetulnya kawasan favorit ngabuburit rakyat lah, soalnya harga makanan atau barang yang dijual di sini gak ada tuh yang 1-nya sampai jutaan. Harusnya tolong diperhatiin lagi lah, buka total lagi BKT ini, kasiab kita yg cari makan di sini kalau terus-terusan sepi kayak gini," pungkasnya. (Adam).