Wamenag Minta Mahasiswa Tidak Mudah Terbawa Arus Intoleransi

Jumat 24 Sep 2021, 16:50 WIB
Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi saat kuliah perdana di Institut Agama Islam (IAI) As'adiyah. (foto: dok pribadi)

Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi saat kuliah perdana di Institut Agama Islam (IAI) As'adiyah. (foto: dok pribadi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid minta mahasiswa perguruan tinggi, terutama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tidak mudah terbawa arus ekstremisme dan intoleransi.

"Saya berpesan mahasiswa agar tidak mudah terbawa arus ekstremisme dan intoleransi," terang Wamenag saat menberikan sambutan pada pembukaan Kuliah Perdana Institut Agama Islam (IAI) As'adiyah, Sengkang Sulawesi Selatan.

Dalam keterangannya yang diterima pada Jumat (24/9/2021), Wamenag mengungkapkan tiga pesan, pertama, mahasiswa tidak boleh kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis.

"Sebab, sikap kritis adalah salah satu ciri khas insan akademik. Sikap ini melahirkan cara pandang yang terbuka (open minded)," terang Zainut Tauhid.

Kedua, lanjut dia, mahasiswa harus memiliki pemahaman tentang relatifitas kebenaran pandangan keagamaan. Sehingga tidak mudah terjebak pada klaim-klaim kebenaran yang cenderung mempersalahkan pandangan lain yang berbeda.

"Ketiga, carilah ilmu dari sumber yang otoritatif. Hal ini bisa dilihat dari sisi kualifikasi akademik dan sanad keilmuan. Mahasiswa agar tidak mencukupkan dirinya semata belajar dari Mbah Google," tandasnya.

Pada bagian lain, Wamenag juga minta mahasiswa agar bisa menjadi katalisator dan dinamisator dalam penguatan moderasi beragama.

"Perguruan tinggi .adalah lembaga akademis, sehingga mahasiswa diharapkan menjadi katalisator sekaligus dinamisator yang mampu mengedukasi masyarakat dalam penguatan moderasi beragama," terang Wamenag.

Dia menilai publik perlu mendapat pencerahan mengenai pentingnya untuk memiliki pemahaman adil dan seimbang, demi merawat keharmonisan masyarakat, dan relasi harmonis antara agama dan negara dalam konteks keindonesiaan.

Wamenag mengatakan, pemahaman keagamaan yang adil dan seimbang seharusnya lebih mudah hadir pada mereka yang berada dalam atmosfer lingkungan akademis. Sebab, lingkungan ini mengutamakan dialog inklusif dan terukur dalam menghadapi perbedaan.

Dalam menyikapi perbedaan, Wamenag menegaskan perlunya mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, ramah bukan marah-marah dan menasihati bukan memaki-maki. "Sekarang ini banyak ahlul makky alias ahli maki-maki," terangnya. (johara)

Berita Terkait

Toleransi Beragama

Kamis 23 Des 2021, 07:00 WIB
undefined

News Update