Semua dengan jalan damai penuh semangat persaudaraan, tanpa konflik. Disinilah akulturasi budaya terjadi, guna semakin menegaskan bahwa Indonesia pada posisi geografis yang sangat strategis memang menjadi persilangan dan sintesa peradaban dunia, termasuk agama.
Semua menjadi satu dan digali okeh Bung Karno menjadi falsafah bangsa dan sekaligus pandangan Indonesia bagi dunia melalui prinsip Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Musyawarah, dan Keadilan Sosial.
Tidak berlebihan bahwa Pancasila juga menjadi solusi bagi tatanan dunia baru yang merindukan perdamaian dunia yang abadi pasca Perang Dunia II.
Perdamaian dunia, keharmonian, kemanusiaan, toleransi, keadilan sosial, dan sikap hidup penuh welas asih adalah diksi yang lahir melalui sikap kontemplatif nusantara sebagai negeri spiritual.
Atas dasar hal tersebut, kesamaan momentum peringatan Idul Fitri 1442 H dan Kenaikan Isa Almasih, harus dimaknakan dalam seluruh tradisi spiritualitas bangsa guna menegaskan bahwa persaudaraan sejati sebagai pilar hadirnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa, telah memiliki basis sejarah yang melahirkan falsafah Pancasila. Tanpa Pancasila tidak ada Negara Kesatuan Republik Indonesia.