Dia mengungkapkan, mayoritas orangtuanya mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan belajr secara tatap muka meskipun ada beberapa yang belum mengizinkan.
Alasannya, baik si siswa itu sedang kurang sehat, orangtuanya yang tak sehat, ada pihak keluarga yang kemungkinan terpapar ataupun di lingkungannya ada yang terpapar Covid.
Sebelum Piloting dilaksanakan, lanjutnya, ada diklat yang namanya blended, untuk mengantisipasi kalau ada siswa yang tak bisa hadir di sekolah.
“Mereka harus tetap belajar di rumah bisa saja karena kondisinya tak memungkinkan atau mungkin karena tak bisa datang dengan alasan yang lain. Jadi bapak ibu guru harus siap menangani di dua kondisi, kondisi luring dan daring," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, SMKN 15 Jakarta dilaksanakan uji coba tatap muka karena lulus seleksi dari pihak terkait, baik dari segi persetujuan dari orangtua ataupun persiapan siswanya, termasuk fasilutas dan infrastruktur yang ada di sekolah.
Pihak sekolah juga menyiapkan dua bus sekolah untuk menjemput siswanya mengantisipasi orangtua tak bisa mengantar jemput anaknya.
"Kami juga menyiapkan ruang isolasi mengantisipsi saat dicek suhu lebih dari 37.5 derajat akan diisolasi dahulu, tapi sejauh ini di hari pertama ini tak ada. Karena kami juga sudah sepakat dengan orangtua siswa kalau di rumah ada yang sedang tak sehat sehingga di rumah dahulu untuk si anak," tambahnya. (adji)