JAKARTA - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta mencatat selama priode Januari hingga September 2020 terdapat 1060 kasus kebakaran di Jakarta dengan taksiran kerugian sebesar Rp 160,4 miliar. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2019 pada priode yang sama yaitu terdapat 1357 titik kebakaran di Ibukota, dengan taksiran kerugian sebesar Rp 239,3 miliar.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan mengatakan, pada tahun 2020, angka kebakaran paling tinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebanyak 163 kasus, sedangkan paling rendah kasus kebakaran terjadi pada bulan September dengan 35 kasus.
Untuk objek yang terbakar, bangunan perumahan menjadi yang tertinggi yaitu sebanyak 314 kasus diseluruh Jakarta. Disusul oleh Instalasi luar gedung sebanyak 311 kasus kebakaran. Kemudian disusul bangunan umum dan pertokoan sebanyak 184 kasus kebakaran. Lalu paling rendah untuk objek terbakar terjadi pada lapak hanya 11 kasus kebakaran.
Untuk korban jiwa yang meninggal akibat kebakaran pada warga sebanyak 14 orang. Untuk korban luka pada warga sebanyak 57 orang, dan korban luka pada petugas pemadam kebakaran sebanyak 5 orang.
Sedangkan untuk tingkat kebakaran paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan dengan 277 kasus. Kemudian disusul Jakarta Timur dengan 247 kasus. Lalu di Jakarta barat 234 kasus, Jakarta Utara 195 kasus dan yang terkecil di Jakarta Pusat sebanyak 111 kasus. "Untuk penyebab kebakaran didominasi oleh korsleting listrik, yaitu sebanyak 653 kasus," kata Satriadi saat dihubungi, dikutip Minggu (13/9/2020).
Kemudian lanjut Satriadi, dugaan penyebab kebakaran yang diakibatkan oleh meledaknya tabung gas sebanyak 134 kasus. Lalu penyebab pembakaran sampah sebanyak 95 kasus, dan penyebab lainnya sebanyak 155 kasus. "Kita terus melakukan sosialisasi kebakaran di masyarakat, berkaitan dengan pencegahan kebakaran, pemberdayaan dan memberi pelatihan," pungkasnya.(yono/ruh)