Oleh Harmoko
"MARI kita masing-masing bertanya, bukan hanya apa yang akan dilakukan pemerintah untuk saya, tetapi apa yang dapat saya lakukan untuk diri saya sendiri." Ini pertanyaan yang pernah dilontarkan Richard Nixon, presiden ke-37 AS. Pertanyaan ini masih cukup relevan, lebih-lebih di tengah pandemi global Covid-19 saat ini, "apa yang dapat kita lakukan, minimal bagi diri sendiri"
Kegiatan yang bersifat kemanusiaan sangat relevan untuk saat sekarang. Di sinilah dibutuhkan adanya kepekaan sosial karena telah teruji dapat meringankan beban bagi mereka yang tertimpa musibah.
Uluran tangan sangat dibutuhkan untuk meringankan derita, setidaknya mengurangi trauma.
Saling membantu, saling berbagi saling menolong adalah kodrati manusia sebagai makhluk sosial.
Kita tentu sangat mengapresiasi begitu besar semangat sikap saling peduli untuk saling berbagi.
Banyak kelompok masyarakat, paguyuban dan komunitas yang bergerak cepat melakukan beragam aktivitas melawan Covid-19.
Itulah sejatinya kepekaan sosial yang dimiliki masyarakat kita, yang sudah tumbuh subur sejak dulu kala melalui kegiatan saling tolong menolong, dalam bentuk gotong royong yang diajarkan para leluhur kita.
Kegiatan kemanusiaan seperti inilah yang kemudian dikristalisasi oleh para pendiri negeri dalam falsafah bangsa sebagai pedoman hidup.
Dalam pepatah Jawa dikenal " Sepi ing pamrih, rame ing gawe" artinya tidak berharap pamrih (pengharapan/ penghargaan), meski ramai dalam pekerjaan/ kegiatan.
Arti yang tersirat adalah anjuran agar setiap orang yang hendak menolong orang lain, lakukanlah dengan ikhlas tanpa berharap apa pun baik berupa pujian, sanjungan, pengakuan, imbalan materi atau balas jasa.