Kuliah daring

Minggu 03 Mei 2020, 08:10 WIB
Ilustrasi

Ilustrasi

SEJAK merebaknya virus Corona atau Covid-19, dunia pendidikan memulai tradisi baru yaitu melakukan kuliah jarak jauh atau kuliah daring. Sebab ada larangan untuk berkumpul lebih dari tiga orang sehingga tidak mungkin mengadakan kelas biasa atau tatap muka yang biasanya dihadiri duapuluh orang atau lebih.

Untungnya sekarang sudah berkembang Tehnologi Informasi yang memungkinkan perguruan tinggi untuk menugasi dosen dan mahasiswanya melakukan kuliah jarak jauh alias non-tatap muka.

Tapi meskipun bukan tatap muka, masih mungkin untuk melihat wajah dosen dan mahasiswa. Terimakasih kepada penyedia layanan WhatsApps, Google Meet, dan Zoom. Semua itu bisa di download di Playstore atau AppStore secara gratis. Hanya penggunaannya yang harus bayar. Maka disini timbul masalah karena tidak semua mahasiswa mampu membayar pulsa.

Kuliah daring seperti halnya kuliah tatap muka, punya segi positif dan negatifnya masing-masing. Misalnya dalam kuliah tatap muka, bisa dilakukan interaksi dosen dengan mahasiswa secara langsung sehingga memungkinkan terjadinya diskusi intensif.

Sesama mahasiswa pun bisa dilakukan diskusi atau sekurang-kurangnya bercanda. Karena itu suasana kelas bisa meriah. Tapi dalam kuliah daring hal seperti itu hampir tidak bisa dilakukan. Sebab mahasiswa melakukan kuliahnya dari rumah masing-masing. Selain itu ada suasana kurang bebas untuk melakukan interaksi karena adanya keterbatasan ruang. Tentu tidak enak rasanya jika sesama teman melakukan canda melalui daring dengan disaksikan oleh dosennya.

Enaknya kuliah daring adalah bisa berpakaian semaunya misalnya hanya pakai kaos dan celana kolor. Asal kamera hp atau laptop tidak diarahkan ke ke bagian betis dan kaki, pastinya peserta kuliah lainnya tidak tahu kalau hanya pakai kolor. Itu terjadi baik pada dosen maupun mahasiswa.

Berbeda jika menghadiri kuliah kelas. Semua yang terlibat biasanya memakai pakaian yang pantas malahan ada dosen yang memakai dasi dan ada mahasiswi yang berhias lengkap. Kan jadi aneh dan dianggap rada miring kalau kuliah di kampus memakai celana kolor.

Kalau perkara konten perkuliahan sih sama saja. Sebab dosen biasanya sudah mempersiapkan bahan kuliah yang sama. Bedanya hanya cara pemberiannya. Kalau di kampus, bahan kuliah disampaikan oleh dosen di kelas. Tapi bahan kuliah daring kadang-kadang dikirim lebih dulu kepada para mahasiswa melalui WA.

Perbedaan lainnya adalah dalam jumlah kehadiran. Kuliah di kampus biasanya dihadiri lengkap oleh semua mahasiswa yang terdaftar karena daftar hadir harus diisi. Tapi dalam kuliah daring, mahasiswa yang absen biasanya lebih banyak. Untunglah absensi masih bisa dilakukan karena perangkat Zoom dan Google Meet mampu melakukan kegiatan absensi tersebut dan hal itu bisa dilaporkan ke pihak administrasi perkuliahan di perguruan tinggi ybs untuk menetapkan persentase kehadiran.

Kalau saya ditanya mana lebih enak kuliah kelas di kampus atau daring, saya pasti menjawab lebih enak kuliah kelas di kampus. Sebab di kampus lebih banyak pemandangan menarik. Melihat wajah-wajah mahasiswa generasi muda yang memancarkan semangat dam gairah hidup, memberikan kenikmatan hidup tersendiri. Apalagi kalau ketemu banyak mahasiswi cantik, wah.

Ya semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir sehingga kehidupan kampus yang semarak dan bergairah bisa kembali semula. (Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta).

News Update