Irit Bicara Banyak Kerja

Senin 09 Mar 2020, 06:30 WIB

Menjadi pejabat/ pemimpin apa pun tingkatannya bukanlah sebuah proses alami, tetapi seleksi keunggulan. Tak saja keunggulan kemampuan, juga mental dan keteladanan.

Termasuk meneladani, kapan harus berbicara, kapan saatnya diam untuk mendengarkan dan menyimak suara rakyat.

Lebih baik diam mencerna suara hati rakyat, ketimbang berkomentar menambah bingung rakyat.

Lebih elok diam untuk fokus bekerja bagi kemajuan bangsa, ketimbang bicara tentang hal - hal yang tak berguna bagi rakyat.

Pemimpin teladan, jika lebih banyak bekerja, ketimbang banyak bicara. Lebih baik irit bicara, tetapi banyak bekerja, dari pada banyak bicara, tapi sedikit kerja.

Keteladanan semacam itu bukan saja berlaku kepada pemimpin formal, juga kepada pemimpin non formal, termasuk kita semua. Mengapa? Kita semua adalah pemimpin karena sejatinya setiap manusia telah ditunjuk menjadi pemimpin, utamanya memimpin diri sendiri.

Menyadarkan diri sendiri agar tidak tergoda hati banyak berbicara terhadap hal - hal yang tak berguna. Yang bisa menambah yang menambah kegaduhan suasana.

Plato, filsuf Yunani, berpesan
"Kerendahan seseorang diketahui melalui dua hal: banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna, dan bercerita padahal tidak ditanya."
(*).

News Update