LELAKI suka mau menang sendiri, termasuk Mukadi, 45, dari Surabaya ini. Dianya yang doyan selingkuh, begitu istrinya, Rukiyah, 40, membalasnya punya PIL, langsung “dikarantina” alias disekap 5 hari. Untung dibebaskan anak-anaknya. Begitu bebas, bukan lapor polisi tapi cukup gugat cerai ke Pengadilan Agama.
Kebanyakan lelaki memang mau menang sendiri, meski banyak juga suami yang kalahan sama istri. Ini terutama suami yang numpang kuadrat, maksudnya: ya numpang hidup ya numpangi bini. Lelaki model begini bisa terjadi karena yang bermodal istrinya, sedang suami hanya modal tit…..eh burung lho ya. Padahal “burung” kan juga termasuk “alutsista” (alat utama sistem persenjataan) kaum lelaki.
Mukadi bisa dikategorikan lelaki yang mau menang sendiri. Sebab meski anak-anak mulai beranjak dewasa, dia masih memanjakan nafsu syahwatnya. Jika pada istri sendiri tak masalah, tapi pada perempuan lain yang lebih muda, yang berusia di bawah 40 tahun, sehingga belum masuk kategori STNK (Setengah Tuwa Ning Kepenak).
Rukiyah sebagai istri memang tak pernah meng-OTT suaminya. Tapi dari cerita teman suami dan saksi mata, banyak informasi yang mengatakan bahwa Mukadi di luaran banyak punya WIL. Di sana punya, di sini ada. Awalnya Rukiyah sebagai istri tak percaya. Tapi begitu “jatah” di rumah tak pernah diambil, akhirnya percaya juga.
Memang dia pernah protes akan isyu-isyu di luar tersebut. Tapi jawab Mukadi lagaknya seperti pejabat kepolisian saja. Katanya, isyu selingkuh itu bukan fakta hukum, jadi tak bisa diselidiki dan disidik, apa lagi sampai gelar perkara. Padahal kalau sekedar gelar tikar saat perselingkuhan itu terjadi, sangat memungkinkan.
Repot kan? Maka perlawanan satu-satunya yang dilakukan Rukiyah, hanya pisah ranjang. Suami di ranjang sana, istri di ranjang sini. Tapi Mukadi sama sekali juga nyaman-nyaman saja, karena kebutuhan biologisnya sudah terpenuhi di luaran, mau model apa saja bisa, yang matic maupun manual semua tersedia.
Di ranjangnya yang sendirian, Rukiyah kemudian mengisi waktu dengan sibuk main WA pada teman-teman lamanya, sampai kemudian nyangkut pada seorang lelaki yang bisa disebut PIL. Meski hanya sekedar koalisi tanpa “eksekusi”, jika ngobrol di HP seru sekali. Tak hanya kata-kata mesra, tapi juga ungkapan jorok penambah gairah sering bermunculan.
Sekali waktu data-data digital ini terbaca oleh Mukadi. Dasar lelaki mau menang sendiri, meski dirinya juga praktisi selingkuh tingkat dewa, tapi tak mau tenggang rasa. Sebagai hukuman, istrinya yang positip terkena virus asmara itu langsung dikarantina di dalam kamar, dikunci dari luar. Padahal kamar itu tanpa dilengkapi toilet dan kamar mandi seperti hotel, jadi Rukiyah terpenjara di rumah sendiri.
Jika mau ke toilet dan makan, harus dikawal oleh anak-anaknya bergantian. Jadi Mukadi menyaingi Yasona Laoly Menkumham, bikin penjara di rumah sendiri. Ketiga anaknya dijadikan sipir, sedangkan Rukiyah dijadikan terpidananya. Jika anak-anak memberi dispensasi seperti Kepala LP Sukamiskin tempo hari, langsung diancam takkan dibiayai sekolahnya.
Tapi bagaimanapun anak-anak tetap berpihak pada ibunya. Maka setelah 5 hari dalam sekapan, diam-diam Rukiyah dicarikan tempat kost yang lokasinya dirahasiakan, sehingga Mukadi tak bisa menemukan. Tindakan selanjutnya, Rukiyah bukan lapor polisi tapi mendatangi Pengadilan Agama Surabaya, untuk menggugat cerai.
Mestinya, begitu ibu disekap, anak-anak lapor polisi, biar gantian Mukadi yang disekap polisi atas dasar KDRT. (gunarso ts)