Sutopo : Peringatan Tsunami Tidak Akurat Akibat 'Buoy' Rusak dan Dicuri

Senin 01 Okt 2018, 08:46 WIB

JAKARTA – Peringatan potensi tsunami tidak akurat, akibat puluhan alat deteksi tsunami terapung yang dihibahkan Jerman, Amerika Serikat dan Malaysia  sudah tidak bisa dioperasikan lagi. Hal ini dikatakan Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, yang menyebut pendeteksi tsunami yang dikenal dengan istilah buoy itu rusak karena vandalisme dan hilang dicuri. Kondisi  tersebut, lanjutnya,  memperlemah mitigasi atau upaya preventif pemerintah mencegah munculnya korban jiwa saat gelombang tsunami menerjang daratan. Padahal, kata dia, alat deteksi tsunami berteknologi tinggi seharusnya dipasang di sepanjang kawasan pesisir Indonesia yang rawan bencana. buoy Teks : 'Buoy' bantuan Jerman .(AFP/ist) "Buoy tsunami tidak ada lagi di Indonesia padahal itu diperlukan untuk memastikan tsunami sebagai sistem peringatan dini," ujar Sutopo di Jakarta, Minggu (30/9/2018). Alat yang disebut Sutopo adalah Deep-Ocean Tsunami Detection Buoys. Perangkat ini digunakan untuk mendeteksi perubahan permukaan air laut. Indonesia tadinya memiliki 21 buoy. Sebanyak 10 unit pendeteksi itu diberikan pemerintah Jerman, sepaket dengan German Indonesian Tsunami Early Warning System (GITEWS) seharga Rp610 miliar. Sementara itu, tiga buoy lainnya didapat Indonesia dari Amerika Serikat dalam sistem Deep Ocean Assessment and Reporting Tsunamis (DART). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membenarkan, seluruh alat deteksi tsunami tersebut kini tak lagi berfungsi. Anggaran yang terbatas diklaim sebagai salah satu pemicu persoalan itu. Demikian dilansir BBC. (tri)

News Update