WARUNG Tegal atau Warteg memulai eksistensinya sebagai warung makan sejak era tahun 1960-an. Pembangunan infrastruktur yang masif di Jakarta diintip menjadi sebuah peluang usaha bagi sebagian orang Jawa.
Memboyong serta keluarga, warga dari daerah tersebut mencoba peruntungan dengan menjadi buruh di ibu kota.
Diawali dari keinginan menambah pemasukan, istri para buruh bangunan tersebut mengisi waktu untuk berjualan Nasi Ponggol khas Tegal di sekitar lokasi proyek. Nasi Ponggol sendiri merupakan kuliner nasi yang dibungkus daun berisi urap, orek tempe, ikan asin, bakmi dan sambal.
Tak disangka, menu tersebut digemari dan menjadi makanan favorit para buruh pada saat itu. Seiringnya berjalannya waktu, Warteg mengalami perkembangan yang cukup pesat. Menu rumahan yang disajikan kian beragam dan diterima semua masyarakat.
Tidak hanya itu, harga yang terjangkau menjadikan Warteg pilihan untuk mengisi perut berbagai kalangan. Mulai dari yang berdasi hingga kuli, menyantap masakan di warung ini. Di Warteg harga rata rasa sama. (*)