BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kian mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2025, Badan Narkotika Nasional (BNN) KBB mencatat lonjakan tajam kasus narkoba hingga bikin geleng-geleng kepala.
Kepala BNN KBB AKBP Agus Widodo, menyayangkan, korban didominasi anak-anak dan remaja termasuk sebagiannya masih pelajar.
Data BNN KBB mencatat, selama 2025 terungkap 168 kasus penyalahgunaan narkotika. Angka ini melonjak drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2022 hanya 87 kasus, 2023 sebanyak 105 kasus, dan 2024 naik tipis menjadi 107 kasus. Artinya, di tahun 2025 terjadi lonjakan fantastis hingga 57 persen.
Baca Juga: Hadapi Cuaca Ekstrem saat Tahun Baru, PLN Cimahi Pastikan Kesiapan Listrik
"Dari tahun 2022 sampai 2025 grafiknya terus naik. Tahun 2025 ini lonjakannya cukup luar biasa," kata Agus, Rabu 31 Desember 2025.
Sejauh ini wilayah Lembang tercatat sebagai daerah paling rawan dengan 38 kasus, disusul Ngamprah 22 kasus, Padalarang 18 kasus, dan Cihampelas 13 kasus.
Dari total kasus tersebut, 95 kasus berujung proses hukum, sementara 26 orang direhabilitasi rawat jalan dan 47 lainnya dirujuk rehabilitasi.
Tak hanya kasusnya yang melonjak, jumlah orang yang terjerat narkoba juga bikin ngeri. Sepanjang 2025, tercatat 191 orang terlibat penyalahgunaan narkotika.
Mayoritas adalah usia 12 hingga 25 tahun mencapai 50,3 persen. Usia produktif 26-45 tahun menyusul dengan 46,3 persen, dan usia di atas 45 tahun hanya 3,7 persen.
Dominasi pelaku laki-laki pun sangat mencolok, mencapai 97,9 persen, sementara perempuan hanya 2,1 persen.
Jenis narkoba yang paling banyak beredar adalah obat keras terbatas (OKT) sebesar 32,7 persen, disusul sabu-sabu 23,6 persen, benzodiazepine 17,7 persen, tembakau sintetis 16,8 persen, ganja 6,8 persen, dan psikotropika 1,4 persen.
Lebih memprihatinkan lagi dari sisi pendidikan, pelaku penyalahgunaan narkoba justru didominasi pelajar.
Baca Juga: Tinjau Pasar Induk Rau, Satgas Pangan Polda Banten Pastikan Harga Sembako Stabil
Lulusan SMP menempati urutan tertinggi 34 persen, disusul SMA 28,5 persen, SMK 21,5 persen, bahkan lulusan SD mencapai 18,2 persen.
Sementara dari status pekerjaan, mayoritas merupakan buruh harian lepas (40,8 persen), diikuti wiraswasta, pengangguran, hingga pelajar dan mahasiswa.
"Kami (BNN KBB) menegaskan, penanganan dilakukan dengan dua skema. Untuk korban dan pecandu diarahkan ke rehabilitasi, baik rawat jalan di Klinik Pratama BNN KBB maupun rawat inap di RSJD Jawa Barat dan Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor," ucapnya.
Sedangkan bagi pengedar, tindakan tegas lewat jalur hukum dilakukan bersama BNNP Jabar dan Polres Cimahi.
Tak hanya mengandalkan penindakan, BNN KBB juga tancap gas melakukan pencegahan. Sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampanye media sosial, hingga pelibatan masyarakat melalui program keluarga anti narkoba terus digencarkan.
"Pencegahan jadi kunci utama. Kami libatkan masyarakat agar Bandung Barat tidak makin darurat narkoba," tegas AKBP Agus. (gat)