POSKOTA.CO.ID - Setelah sebelumnya banjir meluas di sejumlah wilayah Pulau Sumatera, kini air mulai bergerak ke Kalimantan Selatan.
Dalam waktu singkat, sedikitnya enam kabupaten di provinsi tersebut terdampak banjir yang merendam permukiman warga, fasilitas umum, hingga akses transportasi.
Kabupaten Balangan menjadi wilayah dengan kondisi paling parah akibat luapan air yang terjadi secara cepat.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menetapkan status Siaga/Waspada cuaca ekstrem pada Sabtu, 27 Desember 2025.
Penetapan status ini didasarkan pada hasil pemantauan Nowcasting Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menunjukkan potensi hujan sedang hingga lebat hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan.
BPBD sendiri mencatat sejumlah daerah berada dalam kategori rawan banjir, di antaranya Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Banjar, dan Tanah Laut.
Beberapa sungai utama bahkan telah melampaui batas tinggi muka air (TMA) siaga, termasuk Sungai Riam Kanan dengan TMA mencapai 7,70 meter serta Sungai Martapura yang naik hingga 9,6 meter.
Lantas, apa penyebab sebenarnya banjir di Kalimantan Selatan tersebut? Berikut informasi yang dihimpun Poskota.co.id.
Apa Penyebab Banjir di Kalimantan Selatan?
Kepala Bidang Penanganan Bencana Dinas Sosial Kalimantan Selatan, Achmadi, menyampaikan pihaknya telah menerjunkan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke wilayah terdampak untuk membantu proses evakuasi dan pemantauan kondisi lapangan.
"Personel sudah diterjunkan untuk membantu evakuasi dan kami terus memantau perkembangan di lapangan," ujar Achmadi.
Ia menegaskan, banjir yang melanda Balangan bukan termasuk banjir bandang, melainkan banjir akibat aliran air dari kawasan pegunungan dan luapan sungai yang tidak mampu menampung debit air hujan.
"Bukan bandang karena tidak ada metarial yang terbawa. Jadi itu banjir seperti biasa air dari gunung dan luapan sungai," jelasnya.
Sementara itu, di luar faktor cuaca ekstrem, kondisi lingkungan di Kabupaten Balangan juga menjadi sorotan.
Baca Juga: Akun IG Irine Wardhanie Apa? Jurnalis Viral yang Menangis Saat Liputan Banjir Aceh Tamiang
Data Global Forest Watch menunjukkan luas Kabupaten Balangan mencapai sekitar 270.000 hektare.
Pada tahun 2001, kawasan hutan di wilayah ini masih sekitar 100.000 hektare atau setara 37 persen dari total luas kabupaten.
Namun, dalam kurun waktu 2001 hingga 2024, laju deforestasi menyebabkan hilangnya sekitar 44.000 hektare lahan hutan.
Jika dihitung secara persentase, angka tersebut setara dengan 44 persen dari total luas hutan awal Balangan.
Akibat deforestasi yang masif, saat ini luas hutan yang tersisa hanya sekitar 56.000 hektare atau sekitar 21 persen dari total wilayah Kabupaten Balangan.
Artinya, dari 270.000 hektare luas wilayah, hanya seperlima yang masih tertutup hutan.
Kondisi ini menunjukkan tingginya tekanan terhadap ekosistem hutan di Balangan. Deforestasi tersebut sebagian besar dipicu oleh alih fungsi lahan untuk kegiatan pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
