Dengan jarak aman yang cukup, pengendara memiliki waktu reaksi yang lebih panjang untuk melakukan pengereman secara bertahap dan terkendali.
Cara ini membantu menghindari pengereman mendadak yang berpotensi menyebabkan motor kehilangan keseimbangan atau tertabrak dari belakang.
2. Menggunakan teknik pengereman yang seimbang
Pengereman yang aman perlu dilakukan dengan memanfaatkan rem depan dan belakang secara seimbang.
Masih banyak pengendara yang hanya mengandalkan satu rem atau menarik rem secara tiba-tiba karena panik, padahal kebiasaan tersebut dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
Teknik pengereman yang benar membantu menjaga stabilitas sepeda motor, terutama saat melintas di jalan licin akibat hujan, marka jalan, atau permukaan yang tidak rata.
Kontrol yang baik akan memberikan pengendara kesempatan untuk tetap mengendalikan motor meski harus berhenti secara mendadak.
3. Memperhatikan pengguna jalan lain
Etika mengerem juga berkaitan dengan sikap dan kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Setiap tindakan pengendara di jalan raya memiliki dampak langsung terhadap pengguna jalan lainnya.
Pengereman mendadak tanpa alasan yang jelas dapat mengejutkan pengendara di belakang dan memicu kecelakaan beruntun.
Pengendara sepeda motor disarankan untuk selalu memperhatikan spion, membaca pergerakan kendaraan di sekitar, serta menghindari tindakan egois seperti memotong jalur lalu langsung mengerem.
Di lalu lintas yang heterogen, saling menghargai dan memberi ruang menjadi kunci utama keselamatan bersama.
“Pengereman yang baik dan benar harus dilakukan dengan tenang, bertahap, dan menggunakan kombinasi rem depan serta belakang. Dengan teknik yang tepat, pengendara tetap bisa mengendalikan motor meskipun harus berhenti mendadak,” jelas Agus Sani.
Penerapan etika pengereman tersebut sejalan dengan semangat keselamatan berkendara di jalan raya bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga komitmen bersama seluruh pengguna jalan.
