JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperkuat langkah mitigasi dalam menghadapi musim penghujan dan potensi cuaca ekstrem, khususnya pada periode akhir tahun yang bertepatan dengan perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, memastikan kesiapsiagaan seluruh perangkat daerah melalui pendekatan terencana, terukur, dan berbasis data kebencanaan.
Sebagai wujud keseriusan, Pemprov DKI Jakarta telah menerbitkan Instruksi Sekretaris Daerah (Insekda) Nomor 98 Tahun 2025 tentang Mitigasi Menghadapi Musim Penghujan.
Insekda ini menjadi pedoman operasional bagi seluruh perangkat daerah dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi banjir, cuaca ekstrem, dan dampak hidrometeorologi lainnya.
Untuk memastikan implementasi Insekda berjalan efektif dan selaras dengan kondisi lapangan terkini, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, memimpin rapat terbatas (ratas) mitigasi cuaca ekstrem di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025.
Baca Juga: 60 Hektare Sawah di Tangerang Terancam Gagal Panen Akibat Cuaca Ekstrem
Ratas ini dihadiri jajaran perangkat daerah terkait serta pemangku kepentingan eksternal, antara lain BMKG, Basarnas, Pushidrosal TNI AL, serta perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.
Rapat tersebut menjadi forum sinkronisasi data prakiraan cuaca, informasi hidrometeorologi, potensi banjir akibat curah hujan tinggi, banjir kiriman, hingga banjir rob, serta kesiapan penanganan darurat lintas sektor agar langkah mitigasi dapat dijalankan secara antisipatif dan responsif.
“Kita tentu memiliki agenda tahunan seperti Natal dan Tahun Baru. Namun, saat ini terdapat potensi cuaca ekstrem, termasuk keberadaan beberapa siklon di wilayah Indonesia. Karena itu, data dari BMKG, Pushidrosal, dan instansi terkait sangat penting agar Pemprov DKI Jakarta dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat,” kata Rano dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 Desember 2025.
Rano juga menekankan pentingnya penguatan early warning system untuk mengantisipasi berbagai potensi bencana, mulai dari banjir akibat curah hujan tinggi, banjir kiriman, hingga banjir rob di wilayah pesisir utara Jakarta.
Selain itu, ia meminta jajaran Pemprov DKI Jakarta memastikan ketersediaan pangan dan layanan dasar tetap terjaga dalam berbagai skenario kebencanaan.
“Untuk Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dalam mengantisipasi curah hujan tinggi, sesuai arahan Pak Gubernur, langkah ini tidak hanya dilakukan di wilayah Jakarta, tetapi juga harus dikoordinasikan dengan wilayah penyangga di sekitar Jakarta,” tambahnya.
Dari sisi kesiapan infrastruktur pengendalian banjir, Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melaporkan telah menyiagakan 612 unit pompa stasioner yang tersebar di berbagai rumah pompa serta 590 unit pompa mobile yang siap dikerahkan ke titik rawan genangan.
Selain itu, Dinas SDA juga telah melakukan normalisasi dan pemeliharaan rutin saluran makro dan mikro, pengerukan sedimen sungai, serta memastikan pintu air berfungsi optimal.
Untuk mengantisipasi banjir rob, Dinas SDA menyampaikan bahwa sejumlah tanggul mitigasi di wilayah pesisir utara Jakarta telah selesai dibangun dan diperkuat, seiring dengan peningkatan koordinasi pengoperasian sistem polder dan pintu air pada periode pasang maksimum.
Dalam ratas tersebut, BMKG menyampaikan bahwa prediksi cuaca dapat dilakukan secara akurat hingga tujuh hari ke depan dan menyatakan kesiapan untuk terus berkoordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta apabila terdapat potensi cuaca ekstrem yang memerlukan langkah antisipatif.
Sementara itu, Pushidrosal TNI AL menjelaskan bahwa potensi banjir rob di wilayah utara Jakarta telah dipetakan melalui kalender banjir rob yang disusun dan disosialisasikan secara berkala.
BPBD DKI Jakarta juga melaporkan telah menyiapkan panduan penanganan banjir yang dapat diakses masyarakat secara terbuka dan digital sebagai bagian dari peningkatan kesiapsiagaan publik.
Sebagai informasi, berdasarkan prakiraan BMKG, wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Dasarian II dan III Desember 2025 diperkirakan mengalami curah hujan berkisar 50-150 mm.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Berpotensi Lumpuhkan Produktivitas 2.484 Nelayan Jakut
Sementara itu, puncak curah hujan diprediksi terjadi pada Dasarian I Januari 2026, dengan sebagian besar wilayah Jakarta berpotensi menerima hujan antara 150-200 mm.
Adapun wilayah Bogor Selatan sebagai daerah hulu diperkirakan mencatat curah hujan tertinggi, mencapai 200–300 mm dalam periode sepuluh hari pertama Januari 2026, yang berpotensi meningkatkan risiko banjir kiriman ke wilayah hilir, termasuk Jakarta.
Adapun Insekda Nomor 98 Tahun 2025 memuat lima fokus utama, yaitu:
1. Kesiapsiagaan dini, melalui identifikasi dan pemetaan potensi risiko bencana hidrometeorologi di masing-masing wilayah.
2. Optimalisasi infrastruktur, dengan pengecekan dan pembersihan rutin saluran air, gorong-gorong, serta pompa air guna memastikan fungsi maksimal dan zero tolerance terhadap sumbatan.
3. Penguatan sumber daya, melalui kesiapan personel, peralatan, dan logistik pendukung untuk penanganan darurat dan evakuasi.
4. Koordinasi lintas sektor, dengan penguatan posko siaga banjir serta sinergi antarlembaga terkait dan unsur masyarakat.
5. Sosialisasi dan peringatan dini, melalui penyampaian informasi cuaca dan potensi bencana secara cepat, akurat, dan mudah dipahami masyarakat, khususnya di wilayah rawan.