Secara lebih luas, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan tidak hanya diukur dari kebijakan dan bantuan material, tetapi juga dari kemampuan memahami emosi kolektif masyarakat.
Di tengah bencana, simbol kecil seperti sikap, gestur, dan waktu menjadi sangat bermakna. Kepekaan terhadap hal-hal tersebut dapat menentukan apakah kehadiran pejabat dipersepsikan sebagai bentuk solidaritas atau justru menimbulkan luka baru bagi publik yang tengah berduka.
