POSKOTA.CO.ID - Senin sore itu terasa berbeda. Bukan hanya karena riuh para pendukung di Gymnasium 4, Thammasat University Rangsit Campus, tetapi karena seluruh harapan Indonesia di sektor tunggal putra bertumpu pada satu nama: Alwi Farhan, pebulu tangkis muda kelahiran 12 Mei 2005 yang kini tengah naik daun.
Di hadapannya berdiri salah satu pemain paling berpengalaman di Asia: Loh Kean Yew, andalan Singapura dan juara dunia 2021. Pertandingan ini bukan sekadar soal angka dan teknik, tetapi duel antara pengalaman melawan ambisi.
Dan sayangnya, Indonesia harus memulai pertandingan beregu putra dengan skor tertinggal 0-1 setelah Alwi takluk lewat rubber game dramatis: 15-21, 21-14, 8-21.
Baca Juga: Tak Terima Diputuskan Pacar, Pemuda di Bekasi Sebar Konten Asusila Mantan di Medsos
Ketika Harapan Itu Bernama Gim Pertama
Melansir dari website pbsi.id, Pertandingan dimulai dengan energi besar. Alwi tampil agresif, penuh keberanian, dan tanpa ragu menekan sejak awal. Dalam hitungan menit ia unggul 5-1. Smash keras, permainan cepat, dan tekanan di depan net membuat Loh tak nyaman.
Saat interval gim pertama, Alwi masih memimpin 11-9. Para pendukung Indonesia mulai bersorak dengan keyakinan: “Ini bisa!”
Namun setelah interval, momentum berubah pelan-pelan seperti pintu yang perlahan tertutup tanpa suara.
Loh bermain tenang. Poin demi poin ia kumpulkan sampai akhirnya membalikkan keadaan menjadi 12-13. Dari sana tekanan semakin berat bagi Alwi. Pukulan-pukulannya banyak keluar, serangan terasa tergesa, dan ritme pertandingan berpihak pada Loh.
Gim pertama selesai 15-21.
Gim Kedua: Ketika Keyakinan Bangkit Lagi
Jika gim pertama adalah kejutan, maka gim kedua adalah kebangkitan. Alwi kembali memimpin 5-1 dan kali ini ia tidak terburu-buru. Serangannya lebih matang, variasinya lebih tajam.
Loh mulai kelabakan membaca ritme Alwi.
Hasilnya? Skor berbalik 21-14 dan Indonesia kembali bernapas.
Pada momen ini, harapan terasa hidup. Banyak yang percaya: jika momentum ini bertahan, kemenangan itu mungkin.
Gim Ketiga: Pengalaman Berbicara
Namun semua berubah di gim penentu. Seolah lelah fisik dan mental menyatu, permainan Alwi tidak lagi seagresif sebelumnya. Loh, yang terbiasa bermain di pertandingan besar, tampil lebih stabil dan sabar. Pertahanan kokoh membuat serangan Alwi terbaca.
Saat interval gim ketiga, Alwi tertinggal jauh 4-11.
Sisa pertandingan berjalan berat. Meski mencoba bangkit, jarak poin semakin melebar hingga akhirnya skor akhir ditutup 8-21 untuk keunggulan Loh.
Kekalahan ini membuat Indonesia tertinggal 0-1 dari Singapura dalam semifinal beregu putra SEA Games 2025.
Lebih dari Hasil: Ini Tentang Proses
Bagi sebagian orang, kekalahan ini mungkin sekadar skor. Tetapi bagi Alwi dan tim pelatih, ini adalah pelajaran berharga.
Ia sudah menunjukkan agresivitas, keberanian, dan kapasitas sebagai pemain besar. Namun pengalaman Loh membuktikan bahwa dalam bulutangkis, strategi mental sering menentukan lebih banyak daripada sekadar teknik.
Dengan usia baru 20 tahun, perjalanan Alwi masih panjang. Dan mungkin seperti banyak juara sebelum dirinya cerita besar justru dimulai dari kekalahan menyakitkan seperti hari ini.