Kampus dan Peradaban Rempah

Senin 08 Des 2025, 12:59 WIB
Acara resensi buku yang digelar di Universitas MH Thamrin pada Sabtu, 6 Desember 2025 (Sumber: Istimewa)

Acara resensi buku yang digelar di Universitas MH Thamrin pada Sabtu, 6 Desember 2025 (Sumber: Istimewa)

Rempah sebagai Alat Politik dan Ekonomi Global

Dalam sesi tanya jawab, peserta menyoroti bagaimana rempah-herbal dapat menjadi motor ekonomi berkelanjutan Indonesia.

Firdaus menjawab bahwa semuanya dimulai dari pendidikan publik.

“Ketika masyarakat memahami bahwa rempah adalah alat politik dan ekonomi dalam perdagangan internasional, Indonesia dapat bergerak dari sekadar pemasok mentah menjadi pengendali nilai tambah global,” ujarnya.

Suara Penulis: Rempah-Herbal Adalah Identitas Bangsa

Pernyataan penting disampaikan Yaya Sunaryo, salah satu penulis kedua buku yang dibahas.

Ia mengungkapkan bahwa karya ini lahir dari kegelisahan mendalam melihat rempah-herbal Indonesia perlahan memudar dari kesadaran publik, padahal permintaan global justru meningkat drastis.

“Seluruh warga negara wajib memahami kembali identitas rempah dan herbal Indonesia, agar kita tidak hanya menjadi penonton di pasar dunia,” ujarnya.

Rempah-Herbal Adalah DNA Nusantara

Acara ditutup dengan penegasan bahwa karya para penulis [Muhammad Zulkarnain, Yaya Sunaryo, Yudhie Haryono, Riskal Arief, Yudi Pratama, Irma Suryani Harahap, dan Asyari Muchtar] mengandung pesan strategis yang tidak boleh diabaikan: Rempah, herbal dan jamu adalah DNA Nusantara.

Dahulu menopang ekonomi dunia, kini saatnya kembali menjadi kekuatan utama Indonesia dalam perekonomian global.


Berita Terkait


News Update