Kutipan itu menunjukkan adanya pembatasan kebebasan berbicara serta penghalangan operasional lembaga konservasi.
Chanee bahkan menyebut bahwa dialog antara NGO dan kementerian hampir terputus total.
"Komunikasi itu tidak berjalan sama sekali. Hampir tidak ada ruang dialog," ujarnya.
Baca Juga: Denny Sumargo Sumbang Rp500 Juta: Sebut Penanganan Bencana di Sumatera yang Lambat dan Tidak Merata
Ketika sebuah NGO yang bekerja langsung di lapangan kehilangan akses untuk berkomunikasi dengan regulator, maka problem kebijakan semakin sulit diselesaikan.
Kerusakan alam terus berlangsung, sementara informasi penting yang seharusnya menjadi dasar pembuatan kebijakan justru tidak terdengar.
Namun situasi tersebut berubah dalam satu tahun terakhir, Chanee menyebut bahwa kementerian yang sekarang membuka kembali ruang komunikasi.
Perubahan besar terjadi ketika Menteri Kehutanan saat ini mengunjungi lokasi konservasi Kalaweit untuk melihat kondisi ekologi secara langsung.
Baca Juga: Siapa Bonnie Blue? Aktris Porno asal Inggris Ditangkap Kepolisian Bali, Simak Update Kasusnya
Dalam video itu, Chanee memperlihatkan bagaimana ia mengajak sang menteri menggunakan pesawat ringan untuk meninjau kerusakan hutan, termasuk danau bekas tambang yang tidak direklamasi dan kebun sawit ilegal di kawasan hutan produksi.
Chanee menegaskan bahwa ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Kalaweit terjadi dialog terbuka empat mata antara NGO dan menteri kehutanan.
"Baru kali ini ada pembicaraan jujur mengenai kondisi ekologis sebenarnya," kata Chanee.
