Memanjang sekitar 30 km, sesar ini berada di wilayah utara Bandung. Jenis sesarnya merupakan reverse fault dengan sedikit komponen vertikal.
Gempa terakhir akibat aktivitas sesar ini terjadi pada 13 Desember 2021 berkekuatan M2,5, meskipun skala kecil, aktivitasnya menunjukkan sifat tektonik yang masih hidup.
4. Sesar Citarik
Sesar ini melintasi Pelabuhan Ratu–Gunung Salak–Bogor–Jonggol–Bekasi. Jenis sesar ini adalah strike-slip fault yang memiliki potensi memicu gempa dangkal dengan intensitas tinggi.
Letaknya yang dekat dengan Depok, Bogor, dan Bekasi menjadikan kawasan ini rentan terhadap gempa darat yang tidak dipicu oleh zona megathrust.
5. Sesar Cipamingkis
Sesar Cipamingkis berlokasi di Sukabumi bagian timur hingga Cianjur. Pemetaan terbaru menunjukkan bahwa sesar ini mungkin terhubung dengan Sesar Baribis, sehingga pergerakan salah satu jalur dapat memicu respon jalur lain.
Penelitian geologi menyimpulkan bahwa sesar ini masih aktif dan dapat memicu gempa dangkal. (Sumber: BMKG & PSGN)
Alasan Mengapa Gempa Jabodetabek Perlu Diwaspadai?
Beberapa faktor yang menambah risiko:
- Kepadatan penduduk tinggi
- Infrastruktur modern yang belum semua tahan gempa
- Tanah sedimen yang memperkuat amplifikasi getaran
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi berbasis industri
Melansir dari LIPI & Pusat Vulkanologi, 2023. Wilayah bekas rawa Jakarta dan delta sungai Citarum memiliki potensi amplifikasi 2–6 kali lebih besar dibanding wilayah berbatuan keras.
3 Mitigasi Menghadapi Gempa Bumi
BMKG menekankan pentingnya tiga strategi mitigasi:
- Strategi Contoh Implementasi
- Teknis Standar: buat bangunan tahan gempa
- Non-teknis: Simulasi evakuasi publik
- Sistem peringatan dini: Aplikasi Quake Alert & sirene komunitas
Gempa Bekasi magnitudo 4,7 menjadi pengingat bahwa Jabodetabek berada di kawasan rawan gempa akibat keberadaan sejumlah sesar aktif seperti Cimandiri, Baribis, Citarik, Cipamingkis, dan Lembang. Dengan edukasi publik dan mitigasi struktural yang tepat, risiko korban jiwa dan kerusakan dapat diminimalisir.
