JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi, menghadiri Diskusi Kelompok Terpumpun Pemasangan Chattra Candi Borobudur, bertempat di Graha Utama Kementerian Kebudayaan.
Melalui forum tersebut, Supriyadi menyampaikan, bahwa terkait rencana pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur sudah dilakukan berbagai langkah yang cukup panjang.
“Kami telah melakukan berbagai langkah sesuai aspirasi, kebutuhan, dan harapan umat. Keputusan untuk menunda pemasangan chattra merupakan bagian dari proses kehati-hatian, agar setiap tahapan dapat dipastikan tepat secara regulasi, teknis, maupun nilai-nilai keagamaan dan pelestarian cagar budaya,” jelas Dirjen pada Rabu, 3 Desember 2025.
Supriyadi juga menjelaskan bahwa hingga saat ini pihaknya telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait terlebih-lebih dengan perubahan Kementerian dan Lembaga yang akan terkait dalam proses rencana pemasangan chattra ke depan.
Baca Juga: Belajar dari Pengalaman BAZNAS, Bimas Buddha Dorong Penguatan Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan
“Melalui pertemuan dan diskusi hari ini, kami berharap lahir pemahaman bersama dan pencerahan, sehingga harapan umat Buddha dapat terwujud dengan baik, tertata, dan sesuai ketentuan,” harapnya.
Menurut Dirjen bahwa ketiadaan chattra pada stupa induk dapat dianalogikan seperti "raja tanpa mahkota". Oleh karenanya, pemasangan kembali chattra dianggap penting untuk menyempurnakan fungsi spiritual Candi Borobudur sebagai pusat peribadatan dan ziarah dunia.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, merespons positif digelar focus discussion group antarintansi yang membahas rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur.
Dia berharap, diskusi yang digelar saat ini bisa lebih mengerucut dan kuat karena pemerintah sejak 2024 sudah memiliki institusi yang khusus mengurusi soal kebudayaan, yakni Kementerian Kebudayaan.
Bahkan, ketika mendampingi kunjungan Presiden Prancis Macron di Borobudur akhir Mei (2025) lalu, Presiden Prabowo Subianto juga menanyakan soal perkembangan rencana pemasangan chattra.
“Untuk itu kami sangat mendengarkan aspirasi umat Buddha melalui Ditjen Bimas Buddha yang secara pemerintahan mewakili umat Buddha di Indonesia. Ini menjadi perhatian utama,” terangnya.
Fadli Zon mengaku baru-baru ini sudah melihat langsung kondisi chattra di kompleks Candi Borobudur. Dari kunjungannya ini diketahui masih ada material-material batu pembentuk chattra.
"Kami mencoba melakukan rekonstruksi kembali dan ternyata sebagian besar batu yang diperlukan masih ada. Beberapa catra juga pernah dipasang kembali pada era 1940-an (pada masa pendudukan Jepang) oleh para ahli saat itu. Jadi, jika langkah rekonstruksi ini memang membawa kebaikan, mengapa tidak dilaksanakan?” katanya.
Dirinya menjelaskan bahwa rencana pemasangan chattra harus mengacu pada pakem atau pedoman yang jelas, termasuk siapa yang berwenang menetapkannya, khususnya terkait aspek chattra itu sendiri.
Dalam proses pembangunan dan pemasangan chattra, aspek substansi serta otoritas penentu pakem tersebut perlu dihormati dan dijadikan acuan utama.
Baca Juga: Ditjen Bimas Buddha Sosialisasikan Sistem Coretax sebagai Persiapan Pelaporan SPT 2025
Fadli Zon mendorong agar dalam rencana pemasangan chattra nanti harus menggunakan pendekatan multidisipliner.
Dengan demikian komitmen pelestarian tidak kaku yang hanya mengandalkan satu metode. Untuk mendapatkan masukan yang tepat menuju konsep living heritage bagi umat Buddha, Fadli Zon mengungkapkan bahwa Ditjen Bimas Buddha pun telah banyak berdiskusi dengan kami di Kementerian Kebudayaan beberapa bulan lalu.
“Jika material asli tidak cukup, bisa dibuat batu baru yang menyerupai aslinya. Pendekatan seperti ini sudah dilakukan sejak masa kolonial, bahkan setelah kemerdekaan,” ujar Fadli Zon
Diskusi terpumpun ini diikuti oleh jajaran Kementerian Menteri Kebudayaan, perwakilan dari Kemenko Bidang Perekonomian, Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Badan Riset dan Inovasi Nasional, lembaga terkait, juga elemen umat Buddha yakni utusan WALUBI, perwakilan PERMABUDHI, perwakilan Sangha Agung Indonesia, serta perwakilan Gubernur Jawa Tengah dan Wakil Bupati Magelang yang tergabung dalam forum secara daring.