POSKOTA.CO.ID — PT Perkebunan Kandangan Madiun sebagai Proyek Strategis Nasional yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto, dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui pemenuhan kebutuhan susu nasional.
Dalam pelaksanaannya, perusahaan ini menyiapkan lahan seluas 2.500 hektare yang berlokasi di wilayah Kandangan Madiun, Jawa Timur, sebagai pusat produksi susu berbasis sapi perah unggulan jenis F1. Kawasan ini ditetapkan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional yang secara komprehensif memenuhi aspek hulu–hilir serta kesiapan regulasi yang sangat dibutuhkan dalam tata kelola industri susu sapi nasional.
Direktur PT Perkebunan Kandangan Madiun, Roberto Hendrikson, mengatakan kawasan tersebut saat ini dalam tahap pembangun instalasi hilirisasi susu nasional dan akan menjadi model integrasi peternakan sapi perah modern terbesar di Indonesia.
“Dari 2.500 hektare lahan, tahap pertama sekitar 200 hektare akan digunakan sebagai kawasan cluster super blok kandang sapi. Sementara sisanya diperuntukkan bagi pengembangan budidaya pakan dan tanaman pendukung,” ujarnya.
Baca Juga: 50 Siswa di Bogor Keracunan seusai Santap MBG
Penguatan Hulu: Ketersediaan Bibit, Pakan, dan Infrastruktur Produksi Terintegrasi
Dalam fase awal, PT Perkebunan Kandangan Madiun akan mengimpor sapi perah F1 dari Amerika Serikat. Sapi F1 dikenal memiliki produktivitas tinggi dibanding sapi perah konvensional.
Sapi lokal rata-rata hanya menghasilkan 18 liter susu per sekali perah, sedangkan sapi F1 mampu menghasilkan 45–55 liter. Dengan masa laktasi mencapai 280–300 hari, volume produksi tahunannya jauh melampaui sapi lokal.
Roberto menjelaskan bahwa dari sisi hulu, tantangan utama adalah kebutuhan pakan yang berkualitas, khususnya jagung dan hijauan, dalam volume sangat besar. Karena itu perusahaan menyiapkan pola kemitraan dengan seluruh petani lokal agar kebutuhan pakan dapat terpenuhi secara berkelanjutan.
“Kami ingin seluruh petani terlibat langsung. Mereka memasok jagung untuk pakan sapi. Jadi peternakan berjalan cepat, pertanian juga bergerak maju,” ujarnya.
Baca Juga: Dinkes Pandeglang Sebut Dapur MBG Sindanglaya 2 Sudah Layak Dapat SLHS
Adapun saat ini sebagian besar kebutuhan susu nasional masih dipenuhi dari impor bahan baku. Kondisi ini membuat industri pengolahan susu di dalam negeri tidak berkembang.
Melalui salah satu Program Strategis Nasional tersebut PT Perkebunan Kandangan Madiun menargetkan hilirisasi menyeluruh. Mulai dari produksi susu dilakukan di Madiun, diolah di fasilitas yang sama, lalu didistribusikan ke pasar nasional termasuk Program MBG (Makan Bergizi Gratis).
“Selama ini susu diimpor baru diolah di Indonesia. Dengan model ini, susu diproduksi di sini, diolah di sini, dan langsung disalurkan untuk MBG dan juga pasar bebas,” tegas Roberto.
Pasar MBG yang berskala nasional membutuhkan pasokan susu stabil dalam jumlah sangat besar, sehingga proyek ini dinilai strategis untuk menopang kebutuhan tersebut.
Baca Juga: Anggaran Belum Cair, SPPG Umi Kaisar di Pandeglang Setop Pengiriman MBG
Dukungan Pemerintah untuk Akselerasi PSN
Menurut hemat Roberto terdapat kebutuhan dukungan pemerintah pada aspek regulasi, antara lain:
- Kemudahan perizinan impor sapi F1 bunting, agar populasi dapat bertambah lebih cepat setelah tiba di Indonesia.
- Kemudahan fasilitas fiskal dan non-fiskal untuk pembangunan kawasan peternakan terintegrasi.
- Kemudahan akses infrastruktur, termasuk energi, air, dan jalan khusus logistik.
- Dukungan kebijakan hilirisasi, agar industri pengolahan susu dapat segera beroperasi dengan standar nasional.
Target 20 Ribu Sapi
Dalam jangka panjang, perusahaan menargetkan memiliki 20.000 ekor sapi F1 pada 2026. Pengiriman akan dilakukan bertahap, masing-masing 5.000 ekor per tahap.
Kandang dan fasilitas pendukung dirancang mengikuti standar internasional, memperhatikan sirkulasi udara, suhu ideal sapi perah, serta ketersediaan air bersih.
Roberto optimistis melalui PT Perkebunan Kandangan Madiun PSN ini akan menjadi salah satu pilar penting dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional.
“Kami ingin mendukung penuh program pemerintah agar Indonesia mampu mandiri dalam produksi susu, sekaligus memastikan pemenuhan kebutuhan susu untuk Program MBG dan pasar dalam negeri.” tutupnya. (ruh)