Dunia di Ambang Krisis? SBY Wanti-Wanti Nasionalisme Ekstrem Bisa Memicu Perang Dunia III

Kamis 13 Nov 2025, 19:20 WIB
Presiden ke-6 RI SBY saat menyampaikan orasi soal geopolitik dan ancaman perang dunia di ITS Surabaya (Sumber: Youtube/@Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Presiden ke-6 RI SBY saat menyampaikan orasi soal geopolitik dan ancaman perang dunia di ITS Surabaya (Sumber: Youtube/@Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Dampak terhadap Indonesia dan kawasan: Indonesia sebagai negara besar di ASEAN dan aktif di forum-internasional perlu siap menghadapi dinamika yang berubah cepat, baik dari sisi stabilitas regional maupun diplomasi.

  • Geopolitik & ekonomi global: Ketegangan seperti di Laut China Selatan, perlombaan senjata nuklir atau bahan penghancur massal, hingga konflik energi dan pangan bisa mempengaruhi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara global — termasuk Indonesia.
  • Makna nasionalisme dalam konteks modern: Nasionalisme tidak salah. Tapi ketika berubah menjadi ekstrem — tanpa keseimbangan, dominasi unilateral, atau pengabaian terhadap kerjasama internasional — maka risiko konflik meningkat.
  • Peran Indonesia sebagai penjembatan: Indonesia memiliki posisi strategis untuk mendorong diplomasi, pembangunan kerja sama multilateral, dan memperkuat tata kelola global menuju dunia yang lebih damai.

Baca Juga: Bojan Hodak dan Luka Modric Jadi Sorotan, Bobotoh Ramai Desak Gabung Persib Bandung?

Langkah-Nyata yang Disarankan

Perkuat diplomasi multilateral: Negara-negara besar dan kecil harus aktif di forum internasional, saling mendengarkan, dan menghindari tindakan sepihak yang memicu ketegangan.

  • Kurangi perlombaan senjata: Seperti yang diingatkan SBY, persaingan persenjataan harus dihentikan untuk menghindari eskalasi konflik.
  • Bangun kultur kerja sama regional: ASEAN, PBB, dan organisasi kawasan lainnya harus diperkuat agar menjadi jaringan keamanan non-militer yang efektif.
  • Pendidikan & kesadaran publik: Masyarakat perlu memahami bahwa kekuatan militer bukan satu-satunya solusi — kolaborasi, dialog, dan perdamaian juga kunci.
  • Pemimpin dunia menunjukkan komitmen nyata: Tanpa tekad kuat para pemimpin global untuk menghentikan nasionalisme ekstrem dan kerjasama terbuka, potensi konflik besar bisa lebih cepat terjadi dari yang diperkirakan.

Peringatan SBY bukan sekadar retorika politik. Ini adalah panggilan untuk kewaspadaan kolektif. Dengan kondisi dunia yang semakin kompleks.

Dari persenjataan massal, konflik regional yang dapat dengan cepat meluas, hingga nasionalisme ekstrem yang muncul maka perlu tindakan bersama. Meski potensi Perang Dunia III memang ada, namun seperti yang ditegaskan SBY: “ini bisa dicegah.”

Jika kita semua negara besar maupun kecil, masyarakat global maupun lokal memilih dialog, kerjasama, dan diplomasi daripada dominasi, maka dunia dapat menghindari skenario terburuk. Bahasa sederhana SBY: “Kekuatan militer penting, tapi kekuatan kerja sama internasional bisa jadi penahan yang lebih kuat.”

Mari kita jadikan ini sebagai refleksi bahwa nasionalisme yang sehat harus seimbang dengan tanggung-jawab global. Dan bahwa masa depan damai bukan hanya tugas para pemimpin dunia tetapi juga tanggung-jawab kita semua.


Berita Terkait


News Update