Melalui unggahan di media sosial, ia dengan emosional membela Jule, meminta maaf atas kesalahan sahabatnya itu, dan bahkan berjanji untuk membimbingnya dalam proses "muhasabah diri" dan melibatkan Allah SWT dalam perbaikan diri Jule.
Namun, setelah foto Jule dan Safrie beredar, sikap Ella berbalik 180 derajat.
Tanggapannya yang singkat, "Ya pilihan dia mau kek gimana lagi, capek," bukan sekadar pernyataan lelah, melainkan sebuah sinyal kuat akan kekecewaan yang mendalam.
Pernyataan ini diinterpretasikan banyak pihak sebagai bentuk "melepas tangan" karena merasa nasihat dan upayanya untuk mendampingi Jule sia-sia.
Analisis Psikologis Publik: Kenapa Responsnya Kuat?
Reaksi warganet yang begitu besar dapat dipahami melalui beberapa sudut pandang:
- Nilai Investasi Sosial: Publik, termasuk Ella, merasa telah "menginvestasikan" empati dan dukungan mereka kepada Jule di masa sulit. Ketika Jule tampak tidak konsisten dalam proses perbaikan diri, timbul perasaan dikhianati dan bahwa empati mereka disia-siakan.
- Narasi yang Berantakan: Jule membangun narasi sebagai orang yang menyesal dan ingin memperbaiki diri. Namun, foto tersebut merusak narasi itu dan justru menguatkan kesan bahwa ia melanjutkan hubungan yang dituduhkan. Ketidaksesuaian antara perkataan dan tindakan inilah yang memicu kekecewaan.
- Posisi Na Daehoon: Komentar warganet yang menyebut Daehoon sebagai "suami ideal" (tidak merokok, tidak judi, perhatian, jago masak) semakin mengukuhkan posisi Jule sebagai pihak yang dianggap tidak bersyukur dalam persepsi publik.
Dengan gugatan cerai talak yang telah resmi diajukan Na Daehoon, tindakan Jule berikutnya akan terus diawasi dengan ketat.
Babak baru ini tidak hanya tentang perceraian, tetapi juga tentang kepercayaan yang rusak, baik di mata publik maupun di antara persahabatan.
