Selain faktor pasar, dukungan dari bank sentral dunia juga memberikan fondasi kokoh bagi harga emas. Menurut laporan ING, pada kuartal ketiga 2025, bank sentral meningkatkan pembelian emas hingga 220 ton, atau 28% lebih tinggi dari kuartal sebelumnya dan 6% di atas rata-rata lima tahun terakhir.
Beberapa negara bahkan secara terbuka mengumumkan rencana menambah cadangan emas mereka:
- Korea Selatan mempertimbangkan untuk menambah cadangan emas untuk pertama kalinya sejak 2013.
- Serbia berencana melipatgandakan cadangan emasnya menjadi 100 ton pada tahun 2030.
- Manthey menegaskan bahwa tren ini bersifat struktural, bukan sementara.
“Kami yakin pergeseran pembelian oleh bank sentral bersifat jangka panjang. Mereka akan terus menambah cadangan emas seiring dengan perubahan strategi cadangan mata uang,” katanya.
Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Arema FC vs Persija Jakarta di BRI Super League Hari Ini, Kick-Off 15.30 WIB
Mengapa Emas Tetap Jadi Pilihan Favorit Investor?
Secara historis, emas selalu dianggap sebagai aset pelindung nilai yang kuat. Saat inflasi meningkat, mata uang melemah, atau pasar saham bergejolak, emas cenderung stabil atau bahkan menguat.
Beberapa alasan emas tetap diminati antara lain:
- Aset aman (safe haven): melindungi nilai kekayaan dari ketidakpastian ekonomi.
- Likuiditas tinggi: mudah diperjualbelikan di pasar global.
- Diversifikasi portofolio: menyeimbangkan risiko investasi saham dan obligasi.
- Nilai intrinsik: tidak tergantung pada kinerja perusahaan atau kebijakan pemerintah.
Dengan kombinasi faktor fundamental, geopolitik, dan psikologis ini, tidak heran banyak analis tetap yakin bahwa harga emas masih punya ruang untuk naik lebih tinggi dalam jangka menengah.
Kendati harga emas sempat terkoreksi, berbagai indikator menunjukkan potensi penguatan kembali. Optimisme datang dari:
- Potensi pemangkasan suku bunga The Fed,
- Kenaikan permintaan ETF emas, dan
- Pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia.
Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin emas akan menembus level baru di atas US$ 4.100 pada awal 2026.
Bagi investor, masa koreksi ini bisa menjadi momen emas untuk kembali menambah portofolio logam mulia sebelum harga kembali meroket.
