POSKOTA.CO.ID - Saat ini banyak pihak yang berupaya mengadu domba pimpinan negara. Bahkan, seperti dikatakan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi dalam Kongres III DPP Projo, di Jakarta Pusat, Sabtu, 1 November 2025, ada pihak yang ingin mengadu domba Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke -7 RI, Joko Widodo.
Siapa pihak yang mengadu domba? Budi Arie tidak menjelaskan secara detail, tetapi, banyak pihak yang terpancing isu adu domba.
“Ada nggak yang menikmati isu adu domba?,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Biasanya yang menikmati itu, yang menciptakan isu, cuma siapa yang membuat isu itu, kan tidak disebutkan secara rinci,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Perempuan Bukan Pelengkap
“Pertanyaannya benar nggak ada pihak - pihak yang berupaya mengadu domba?,” kata Heri.
“Jawabnya bisa benar, bisa juga salah. Namanya pendapat sah – sah saja. Begitu juga dengan publik tentunya memiliki penilaian tersendiri, itu pun akan beragam berdasarkan sudut pandang,” jelas mas Bro.
“Yang jelas adu domba itu perbuatan tercela seperti dikatakan Bang Rhoma dalam lagunya, adu domba,” kata Yudi.
“Demi keuntungan, domba jadi korban. Demi kesenangan, domba kesakitan. Begitulah cuplikan liriknya,” kata Heri.
“Maknanya menyiratkan, yang mengambil untung yang mengadu domba, yang rugi yang diadu domba,” ujar Yudi.
“Itu adu domba secara harfiah, tetapi bisa diartikan sebagai kiasan. Dalam politik dikenal pula politik ada domba, bisa diartikan sebagai politik pecah belah kekuatan,” jelas mas Bro.
“Tetapi kembali yang rugi adalah yang diadu domba, yang menuai keuntungan adalah mereka yang mengadu domba,” kata Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Biaya Turun, Pelayanan Naik
“Itu kalau yang diadu domba terbawa arus narasi adu domba, tetapi kalau mengabaikan, yang mengadu domba akan capai sendiri. Boleh jadi isu akan berbalik kepada pihak yang mengadu domba,” ujar Yudi.
“Jadi kalau ada yang menghasut, menyebarkan fitnah misalnya kita bertiga tidak solid lagi, terjadi perpecahan kita abaikan saja ya?,” tanya Heri.
“Kalau kita ikut terpancing, maka pengadu domba senang, karena tujuan untuk membuat kita terpecah, berhasil,” kata Yudi.
“Jadi tak perlu komentar atau klarifikasi terhadap isu yang beredar?,” tanya Heri lagi.
“Buat apa mengomentari isu yang tidak benar. Terus buat apa isu yang jelas – jelas tidak benar diklarifikasi,” kata Yudi.
“Dengan kita memberikan komentar maupun klarifikasi, tak ubahnya kita sudah termakan isu yang tidak mendasar. Apa mau diadu domba,” urai mas Bro. (Joko Lestari)