Dedi pun tampak terkejut mendengar pengakuan tersebut. “Si Ibu (pihak perusahaan) tadi ceritanya bagus banget,” kata Dedi, disambut teriakan warga yang kembali menjawab, “Nggak ada!”
Dedi kemudian memperjelas pertanyaannya, menanyakan apakah ada air limbah produksi yang diolah dan didistribusikan ke rumah warga.
“Gak, artinya gini loh, ada nggak air yang itu air dibuang tuh tadi tuh, dalam pipa. Ya kan, air dalam pipa dibuang kan? Jika air dalam pipa dibuang, kemudian ada nggak air itu dikelola, kemudian dimasukin ke tiap rumah?” tanya Dedi Mulyadi.
“Tidak ada,” jawab warga kompak.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Kekeuh Hentikan Sementara Jalur Tambang Bogor demi Perbaikan Infrastruktur
Fakta Pahit: Warga Harus Membeli Air
Ketika ditanya dari mana mereka mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, jawaban warga semakin menguatkan ironi tersebut.
“Orang sini dapet air dari mana?” tanya Dedi.
“Beliiii, bayar,” jawab warga serentak.
“Beli? Bukan air dari sumbang sih perusahaan ini? Nggak. Kok yang diomongin sama sekarang beda sih?”, lanjutnya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Lakukan Sidak ke Pabrik Aqua, Terkejut Saat Tahu Sumbernya dari Sumur Bor
Janji Tindak Lanjut
Menyaksikan langsung ketidaksesuaian antara operasional perusahaan dan kondisi riil masyarakat, Dedi Mulyadi berjanji untuk segera mengambil tindakan.
"Iya nanti kita selesaikan ya,”, katanya.


 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 