POSKOTA.CO.ID - Acap mencuat pertanyaan, mana lebih dulu. Adab atau ilmu? Jawabnya tentu akan beragam. Ada yang mengatakan kedua- duanya jalan beriringan. Tapi diyakini, orang akan memilih ada terlebih dahulu, baru berilmu. Maknanya belajar adab terlebih dahulu, baru menuntut ilmu.
Alasanya, adab adalah pondasi dasar dalam membangun harmoni hubungan antarmansia, berinteraksi sosial di lingkugan manapun.
“Secara alami, manusia juga belajar adab terlebih dahulu, sebelum belajar ilmu pengetahuan.Jika belajar ilmu terlebih dahulu menyalahi kodratnya sebagai manusia,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Ah, kata siapa, ngarang saja,” celetuk Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Kepentingan Nasional yang Utama
“Loh, lihat saja itu anak – anak yang masih balita oleh orang tuanya diajari soal etika dan tata krama, akhlak yang mulia. Mana yang baik, mana pula yang buruk, pantas dan tidak pantas. Benar dan salah. Itu kan soal adab,” jelas Heri.
“Misalnya, jika ditanya jawab dengan benar penuh kejujuran, nggak boleh bohong. Jika minta diambilkan sesuatu barang, awali dengan kata“tolong”.Kalau dipanggil bagaimana menjawabnya dengan baik. Nggak seperti kalian,dipanggil baik – baik, malah melengos, itu namanya tidak beradab,” kata mas Bro.
“Dipanggil gak jawab karena lagi kesel,” jawab Yudi.
“Keselnya sama siapa, jangan kemudian orang lain jadi korban,” kata Heri.
“Ingat, sikap argon dan kesombongan acap dipertontonkan karena lemahnya keadaban dalam dirinya, baik sebagai pejabat publik maupun tokoh politik,” ujar mas Bro.
“Merasa dirinya lebih unggul, lebih penting, lebih pintar sehingga merendahkan orang lain, tidak menghargai dan mengabaikan pendapat orang lain sebagai manifestasi ketidakberadaban,” tambah Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Mari Bergandengan Tangan
“Sayang dong, ilmunya tinggi, kedudukannya tinggi, tetapi tidak dilandasi dengan adab yang kuat akan melahirkan sikap arogan, kesombongan dan kesewenang – wenangan. Ujungnya merosotnya kepercayaan publik,” ujar Yudi.
“Itulah sebabnya dalam dasar negara kita, Pancasila, setelah sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sila berikutnya adalah Kemanusian Yang Adil dan Beradab. Makna di dalamnya mengakui adanya persamaan derajat, mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena- mena kepada orang lain. Sipa pun dia, setinggi apa pun ilmu, pangkat dan jabatannya,” jelas mas Bro.
“Jadi kalau dipercaya menjadi pejabat, jadilah pejabat yang beradab, politisi beradab, birokrat dan wakil rakyat yang beradab,” kata Yudi.
“Bukan hanya mereka, kita semua juga harus beradab. Adab menjadi pedomam dalam ucapan dan perbuatan. Jadikanlah adab sebagai pembuka jalan, ilmu melengkapi perjalanan meraih kesuksesan,” saran mas Bro. (Joko Lestari)