Parlemen Malaysia sempat menentang langkah ini karena menyalahi aturan, pemain naturalisasi harus bermain minimal lima tahun di liga domestik sejak usia 18 tahun dan tidak pernah memperkuat timnas lain.
Meski ada penolakan, proyek tetap berjalan. Pada Maret 2025, Hector Hevel dan Gabriel Palmero resmi mendapat paspor Malaysia. Keputusan ini menjadi awal rentetan masalah yang berujung sanksi dari FIFA.
Putusan FIFA memicu perdebatan di Negeri Jiran. Sebagian publik menduga laporan ke FIFA datang dari pihak luar, terutama Vietnam dan Indonesia.
TMJ bahkan sempat menyinggung adanya "upaya sabotase" terhadap Timnas Malaysia. Meski begitu hingga kini tidak ada bukti konkret yang mendukung tudingan tersebut.
Baca Juga: Jelang Duel Papan Atas Lawan Borneo FC, Pelatih Persija Evaluasi Lini Pertahanan
Profil Singkat TMJ
Tunku Ismail Idris ibni Sultan Ibrahim lahir pada 30 Juni 1984. Ia merupakan putra sulung Sultan Johor, Ibrahim Iskandar, dan Raja Zarith Sofiah.
Sejak Januari 2024, ia menjabat sebagai Pemangku Sultan Johor setelah ayahnya naik takhta sebagai Yang di-Pertuan Agong Malaysia.
Pendidikan dasarnya ditempuh di Johor Bahru, lalu melanjutkan ke Singapura dan Australia.
Pada 2003, ia masuk Indian Military Academy di Dehradun, India, dan lulus sebagai letnan pada 2004. Karier militernya berlanjut hingga berpangkat kapten pada 2007.
Dalam sepak bola, TMJ dikenal sebagai arsitek kebangkitan Johor Darul Ta’zim. Klub tersebut berhasil meraih gelar bergengsi AFC Cup 2015, pencapaian pertama bagi klub Asia Tenggara. TMJ juga pernah menjabat sebagai Presiden FAM pada 2017–2018.
Selain sepak bola, TMJ aktif di dunia pendidikan. Pada 2022 ia dilantik sebagai Kanselir Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), dan pada 2023 menjabat Pro Kanselir Kolej Universiti Islam Johor.
Kini, nama TMJ menjadi sorotan internasional bukan karena prestasi, melainkan karena proyek naturalisasi yang digagasnya justru membawa dampak negatif bagi sepak bola Malaysia.