Menurutnya mantan Menteri Keuangan itu memiliki tiga syarat utama bagi pejabat negara, yakni profesionalisme, rekam jejak internasional, dan integritas.
Namun meski berprestasi, perjalanan Sri Mulyani juga diwarnai cobaan berat. Salah satunya adalah insiden penjarahan yang menimpa kediamannya.
Luka dari Insiden Penjarahan
Mahfud menyebut, Sri Mulyani sempat menyampaikan kekecewaannya terhadap aparat yang dianggap lalai menjaga keamanan.
"Beliau bilang, 'saya tidak apa-apa kalau orang menjarah karena butuh. Tapi beliau kecewa karena penjagaan aparat kurang'," ungkap Mahfud sambil menirukan perkataan Sri Mulyani.
Baca Juga: 211 Anggota DPR 2024-2029 Tak Tulis Pendidikan, Netizen: Tidak Sekolah?
Kekecewaan tersebut semakin dalam ketika dirinya dibandingkan dengan Sahroni, anggota DPR yang juga menjadi korban penjarahan.
"Beliau disamakan dengan Sahroni. Tapi disamakan dengan Sahroni itu tidak enak, beliau sampai menangis," tutur Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud juga menduga penjarahan rumah Sri Mulyani terjadi karena aparat menganggap dirinya bukan target utama.
"Mungkin karena beliau dianggap bersih, jadi tidak diprediksi akan jadi sasaran. Ternyata salah," katanya.
Selain membicarakan nasib Sri Mulyani, Mahfud juga memberikan prediksi terkait arah politik ke depan. Ia meyakini bahwa reshuffle kabinet tidak akan berhenti pada Agustus ini.
"Saya meyakini reshuffle akan berlanjut sekurang-kurangnya sekali lagi di bulan Oktober, bertepatan dengan satu tahun masa jabatan Presiden Prabowo. Sekarang kan baru 10 bulan," jelasnya.