Bali, POSKOTA.CO.ID - Hujan lebat yang mengguyur Pulau Dewata sejak Selasa 9 September 2025 memicu banjir besar di Bali, terutama di Kabupaten Jembrana dan Kota Denpasar.
Banjir bandang ini tak hanya merendam permukiman, tetapi juga menelan korban jiwa serta merusak sejumlah bangunan.
Di Jembrana, dua warga dilaporkan meninggal dunia. Korban pertama, Nita Kumala (23), ditemukan tak bernyawa setelah hanyut di Desa Pengambengan.
Sementara itu, I Komang Oka Sudiastawa (38) dari Desa Dangin Tukadaya meninggal akibat terpeleset dan terbawa arus hingga tenggelam.
Baca Juga: Diguyur Hujan Lebat, Longsor dan Banjir Terjang Lembang KBB
Banjir juga melumpuhkan akses transportasi di jalur utama Denpasar–Gilimanuk dengan kemacetan panjang.
Di Denpasar, derasnya arus sungai Tukad Badung merobohkan lima toko di bantaran sungai. Tiga orang dilaporkan terbawa arus dan hingga kini masih dalam pencarian tim SAR.
Penyebab Banjir Bali Menurut BMKG
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menjelaskan, banjir Bali kali ini dipicu oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby yang memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan deras.
“Selain faktor Rossby, kelembaban udara yang tinggi dari lapisan permukaan hingga 500 mb ikut memperparah kondisi cuaca ekstrem di Bali,” kata Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Denpasar, Wayan Musteana.
Baca Juga: Jalan Kemanggisan Raya Jakbar Tergenang Banjir 30 cm
BMKG memperkirakan intensitas hujan akan menurun dalam beberapa hari ke depan seiring masuknya Bali ke masa peralihan musim dari kemarau ke penghujan.
Meski begitu, masyarakat diimbau tetap waspada potensi cuaca ekstrem, petir, dan angin kencang serta dapat terus memantau informasi melalui akun media sosial @bmkgbali atau aplikasi @infoBMKG.
Peringatan BMKG, Gelombang Tinggi 4 Meter di Laut Bali

Selain banjir, BMKG juga merilis peringatan dini gelombang tinggi pada 10–13 September 2025. Gelombang laut diperkirakan mencapai 2,5 hingga 4 meter yang terletak di Perairan Selatan Pulau Bali dan Selat Lombok bagian Selatan.
Kondisi ini dinilai sangat berbahaya bagi aktivitas pelayaran, khususnya perahu nelayan, kapal feri, tongkang, hingga kapal kargo besar.
Baca Juga: Pematangan Lahan Relokasi Warga Korban Banjir di Lebak Dimulai
Sementara itu, potensi gelombang setinggi 2,4–4 meter juga berpeluang terjadi di Selat Lombok bagian Utara, Selat Badung, dan Selat Bali bagian Selatan.
Di perairan Utara Bali, ketinggian gelombang 1,25–2,5 meter diperkirakan akan menyulitkan kapal nelayan kecil.
BMKG menekankan agar masyarakat, khususnya nelayan dan pengguna jasa laut, selalu memperbarui informasi cuaca melalui situs resmi bbmkg3.bmkg.go.id atau aplikasi Info BMKG.
Dengan adanya peringatan gelombang tinggi dari BMKG, masyarakat diimbau lebih waspada baik di darat maupun laut.