POSKOTA.CO.ID - Di tengah ketidakpastian ekonomi global pada 2025, semakin banyak masyarakat mulai melirik investasi untuk memperoleh pendapatan pasif atau passive income.
Konsep ini menjadi daya tarik karena memungkinkan seseorang tetap memiliki aliran pemasukan tanpa harus terus-menerus bekerja secara aktif.
Dengan strategi tepat, passive income bisa menjadi sumber keuangan yang stabil, bahkan di saat pasar bergejolak.
Passive income sendiri biasanya berasal dari aset atau instrumen keuangan yang menghasilkan imbal hasil rutin, seperti bunga, dividen, hingga kupon obligasi.
Berbeda dengan gaji yang diperoleh dari pekerjaan, pendapatan pasif bersumber dari dana atau aset yang sudah ditempatkan sebelumnya.
Itulah sebabnya, banyak kalangan menganggap investasi passive income sebagai jalan menuju kebebasan finansial.
Lantas, apa saja investasi teratas untuk passive income di tahun 2025? Simak ulasan selengkapnya.
Baca Juga: Hindari Kerugian Investasi Emas dengan Menghindari 5 Kesalahan Ini
Investasi Teratas untuk Passive Income 2025
Dikutip dari kanal YouTube Doddy Bicara Investasi, berikut adalah daftar investasi teratas untuk passive income 2025.
1. Deposito Bank Digital
Deposito bank digital menjadi salah satu instrumen yang paling diminati masyarakat karena kesederhanaannya.
Proses pembukaan deposito bisa dilakukan secara online tanpa harus datang ke cabang bank, sehingga cocok bagi generasi muda yang serba praktis.
Dana nasabah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp2 miliar per bank, sehingga relatif aman dari risiko kehilangan pokok investasi.
Namun, return dari deposito bank digital rata-rata hanya berada di kisaran 3,4 persen bersih setelah pajak.
Angka ini jelas kalah dari inflasi tahunan yang biasanya di atas 4 persen.
Menariknya, beberapa bank digital mencoba bersaing dengan menawarkan bunga hingga 8 persen.
Tetapi, perlu dicatat bahwa bunga di atas ketentuan LPS memiliki risiko tambahan, karena jika bank tersebut bermasalah, LPS bisa saja tidak menjamin seluruh simpanan.
2. Reksadana Pasar Uang (RDPU)
RDPU menjadi pilihan favorit bagi investor pemula yang menginginkan hasil lebih tinggi dari deposito dengan risiko rendah.
Produk ini dikelola oleh manajer investasi profesional yang menempatkan dana di instrumen pasar uang seperti deposito bank dan obligasi jangka pendek.
Kelebihannya, RDPU tidak dikenakan pajak atas keuntungan dan pencairannya sangat fleksibel, bahkan bisa dicairkan kapan saja.
Meski begitu, investor tidak menerima bunga secara rutin setiap bulan. Hasil investasi baru bisa dinikmati ketika unit reksadana dijual kembali.
Dengan kata lain, RDPU lebih cocok untuk kebutuhan jangka pendek hingga menengah, terutama sebagai tempat “parkir dana” sebelum masuk ke instrumen investasi lain.
Baca Juga: Jenis Instrumen Investasi yang Wajib Diketahui Investor Pemula
3. Surat Berharga Negara (SBN) Ritel
SBN ritel seperti ORI, SBR, Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Tabungan (ST) tetap menjadi primadona di kalangan masyarakat.
Instrumen ini menawarkan kupon bulanan dengan return bersih di atas 6 persen per tahun—jauh lebih tinggi dibandingkan deposito.
Keunggulan utamanya terletak pada jaminan negara, sehingga aman bagi investor ritel.
Namun, ada sisi yang perlu diperhatikan. Likuiditas SBN ritel terbatas, terutama jika investor ingin mencairkan sebelum jatuh tempo.
Ada kemungkinan harga jual lebih rendah dibandingkan harga beli, sehingga menimbulkan kerugian.
Meski demikian, bagi mereka yang berorientasi jangka panjang, SBN tetap menjadi pilihan solid untuk passive income yang stabil.
4. Obligasi FR (Fixed Rate)
Obligasi pemerintah seri Fixed Rate (FR) juga layak dipertimbangkan.
Tidak seperti SBN ritel yang hanya dijual pada periode tertentu, obligasi FR bisa dibeli kapan saja melalui pasar sekunder.
Kupon yang ditawarkan biasanya lebih tinggi, dan keamanan tetap terjamin karena dijamin oleh pemerintah.
Kekurangannya, pembayaran kupon dilakukan setiap enam bulan sekali, sehingga investor tidak mendapatkan arus kas bulanan.
Selain itu, harga obligasi FR sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga, harga obligasi FR bisa tertekan, meski kupon tetap dibayarkan.
5. Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT)
RDPT merupakan instrumen yang menempatkan mayoritas dananya pada obligasi, baik obligasi negara maupun korporasi.
Instrumen ini lebih praktis karena kupon obligasi yang diterima akan otomatis direinvestasikan, sehingga investor tinggal menikmati kenaikan nilai aktiva bersih (NAB).
Namun, performa RDPT tidak selalu stabil. Ketika suku bunga naik, NAB bisa turun sehingga nilai investasi terlihat berkurang. Walaupun begitu, dalam jangka panjang, RDPT tetap bisa memberikan hasil yang menarik.
Produk ini cocok bagi investor yang ingin merasakan potensi keuntungan obligasi tanpa harus membeli langsung di pasar sekunder.
6. Deposito BPR
Deposito Bank Perkreditan Rakyat (BPR) kini semakin dilirik, terutama setelah munculnya marketplace digital yang mempermudah akses.
Salah satunya adalah Deposito BPR by Komunal yang memungkinkan masyarakat menempatkan dana mulai dari Rp1 juta dengan bunga hingga 6,75 persen per tahun.
Meski lingkup operasional BPR lebih kecil dibandingkan bank umum, simpanan di BPR tetap dijamin LPS hingga Rp2 miliar per nasabah per bank.
Keunggulan bunga tinggi ini membuat deposito BPR menarik sebagai alternatif.
Namun, keterbatasan jaringan fisik BPR dan risiko terkait skala usaha yang lebih kecil perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum menempatkan dana dalam jumlah besar.
Sekian informasi mengenai beberapa daftar investasi teratas untuk passive income di tahun 2025.
Disclaimer: Tulisan ini bersifat informatif dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau nasihat keuangan yang bersifat personal.
Setiap keputusan investasi mengandung risiko, termasuk kemungkinan kehilangan sebagian atau seluruh modal.