Rheza Sendy Pratama Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta meninggal (Sumber: instagram/@lensarakjat)

Nasional

Kronologi Terbaru Kematian Mahasiswa AMIKOM Rheza Sendy Pratama, Disebutkan Adanya Luka Memar

Senin 01 Sep 2025, 08:04 WIB

POSKOTA.CO.ID - Kabar duka sering kali hadir tanpa peringatan. Pada Minggu, 31 Agustus 2025, masyarakat Yogyakarta diguncang oleh berita meninggalnya Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Yogyakarta. Usianya baru menginjak 21 tahun, namun perjalanan hidupnya harus terhenti secara mendadak.

Bagi sebagian orang, Rheza hanyalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menimba ilmu di kota pelajar. Namun, bagi keluarga, sahabat, dosen, hingga rekan kampus, ia adalah sosok penuh semangat dengan cita-cita besar.

Kepergiannya bukan hanya meninggalkan duka, tetapi juga pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi di malam penuh kericuhan itu?

Baca Juga: Apakah Ada Demo 1 September 2025 Hari Ini? Simak Informasi Lengkapnya

Profil dan Latar Belakang Rheza Sendy Pratama

Rheza lahir pada 18 Januari 2004 dan tumbuh sebagai anak muda yang dikenal aktif di lingkungannya. Saat masuk ke AMIKOM Yogyakarta pada 2023, ia memilih Program Studi Ilmu Komunikasi, sebuah jurusan yang membuka jalan bagi mereka yang ingin menyuarakan opini, membangun narasi, dan memperjuangkan gagasan di ruang publik.

Kampus resmi mengonfirmasi kepergian Rheza lewat unggahan di Instagram resmi @amikomjogja, menyebut dirinya sebagai bagian dari keluarga besar yang kehilangan sosok muda penuh potensi. Kehidupannya yang singkat seakan menjadi pengingat bahwa kematian tidak pernah mengenal usia.

Kronologi: Dari Malam yang Tenang ke Pagi yang Mencekam

Cerita bermula pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025. Ayah Rheza, Zainal, menuturkan bahwa putranya berpamitan keluar rumah untuk sekadar “ngopi” bersama teman di kawasan Tugu Yogyakarta. Tidak ada tanda-tanda khusus, hanya rutinitas seorang anak muda yang ingin melepas penat.

Namun, malam itu ternyata berlanjut dengan kericuhan di sekitar Mapolda DIY. Aparat dikabarkan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Menjelang Minggu dini hari, suasana kian tegang.

Menurut Ketua BEM AMIKOM, Rheza sempat terlihat menaiki motor bersama temannya. Dalam situasi chaos, ia diduga terjatuh dan tertinggal. Beberapa jam kemudian, kabar mengejutkan datang Rheza ditemukan dalam kondisi tergeletak dan dibawa ke RSUP Dr. Sardjito.

Sayangnya, ketika keluarga tiba, Rheza telah dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 07.00 WIB.

Suasana Pemakaman: Air Mata dan Seruan Keadilan

Jenazah Rheza dipulangkan ke rumah duka di Jaten, Sendangadi, Mlati, Sleman, dan dimakamkan pada Minggu sore. Prosesi berjalan penuh haru, dengan linangan air mata keluarga, sahabat, serta rekan mahasiswa yang mengiringi kepergiannya.

Namun, di balik doa dan kesedihan, terdengar pula seruan agar penyebab kematian Rheza diusut secara transparan. Suara itu tidak datang hanya dari keluarga, melainkan juga dari kampus, organisasi mahasiswa, hingga lembaga bantuan hukum di Yogyakarta.

Rheza Meninggal Karena Apa?

Hingga Minggu malam, belum ada keterangan resmi yang pasti mengenai penyebab kematian Rheza. Beberapa versi muncul ke permukaan:

  1. Versi keluarga
    Disebutkan adanya luka memar, bekas injakan sepatu PDL, hingga dugaan patah di bagian leher. Namun, keluarga menolak autopsi sehingga tidak ada data forensik resmi.
  2. Versi rekan mahasiswa & LSM
    Forum BEM se-DIY dan LBH Yogyakarta menduga Rheza menjadi korban kekerasan aparat saat ricuh. Klaim ini masih membutuhkan verifikasi hukum.
  3. Versi aparat
    Polda DIY menegaskan bahwa kericuhan memang ditangani dengan gas air mata untuk membubarkan massa, tetapi tidak memberikan pernyataan final mengenai penyebab kematian.

Baca Juga: Apakah 1 September 2025 Libur Nasional? Cek Kalender Tanggal Merah di Sini

Suara Kampus dan Komunitas

Universitas AMIKOM Yogyakarta menyampaikan duka cita mendalam serta menegaskan komitmen memberikan pendampingan kepada mahasiswa. Rektor menyatakan bahwa kampus juga menunggu klarifikasi resmi dari kepolisian agar kebenaran tidak tenggelam dalam spekulasi.

Forum BEM se-DIY mendesak adanya investigasi independen. Menurut mereka, kematian mahasiswa tidak boleh dipandang sebagai insiden biasa, melainkan harus diusut sebagai bagian dari perlindungan hak hidup warga negara.

Sementara itu, LBH Yogyakarta mengingatkan bahwa negara memiliki kewajiban melindungi setiap warga, termasuk di tengah penanganan aksi massa.

Banyak kasus serupa sering kali hanya tercatat sebagai “angka korban” dalam laporan resmi. Namun, di balik nama Rheza Sendy Pratama, ada seorang anak, teman, dan mahasiswa yang menyimpan mimpi besar.

Rheza bukan hanya berita, ia adalah representasi anak muda Indonesia yang tengah mencari jalan hidupnya. Tragedi ini seharusnya mendorong refleksi lebih dalam mengenai bagaimana negara, masyarakat, dan institusi pendidikan memandang nilai kemanusiaan.

Tags:
Ricuh Mapolda DIY 31 Agustus 2025Kronologi kematian mahasiswa SlemanMahasiswa AMIKOM Yogyakarta meninggalRheza Sendy Pratama

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor