POSKOTA.CO.ID - Sepak bola selalu menghadirkan cerita tentang harapan, perubahan, dan tantangan. Musim 2025/2026 menjadi babak baru bagi Persib Bandung, klub dengan sejarah panjang dan basis suporter yang masif.
Revolusi besar yang dilakukan manajemen dengan mendatangkan pemain asing baru dan melepas sejumlah bintang andalan justru memunculkan tanda tanya besar: mengapa lini depan Persib justru semakin tumpul?
Bagi para bobotoh, setiap pertandingan bukan sekadar hiburan, melainkan cerminan harga diri. Oleh karena itu, ketika Persib gagal mencetak gol, apalagi setelah melepas ikon-ikon seperti David da Silva dan Ciro Alves, kegelisahan suporter semakin terasa.
Revolusi Besar: Dari Juara ke Masa Transisi
Musim lalu, Persib Bandung tampil sebagai salah satu tim paling tajam di Liga 1. Namun, memasuki musim 2025/2026, arah tim berubah drastis. Sebanyak 14 pemain dilepas, termasuk nama-nama besar yang berkontribusi membawa Maung Bandung juara dua musim beruntun.
- David da Silva – striker tersubur dalam sejarah Persib, kini meninggalkan kekosongan besar.
- Ciro Alves – motor serangan yang penuh kreativitas.
- Tyronne del Pino – pemain terbaik Liga 1 2024/2025 yang tak lagi memperkuat tim.
- Gervane Kastaneer – penyerang dengan pengalaman internasional bersama Timnas Curacao.
Pergantian ini memang memberi harapan akan penyegaran, namun adaptasi bukanlah hal instan. Lini depan baru dengan Uilliam Barros, Ramon Tanque, Wiliam Marcilio, serta didukung pemain lokal seperti Saddil Ramdani, Beckham Putra, Febri Hariyadi, dan Dimas Drajad masih mencari irama permainan.
Lini Depan yang Belum Bertaji
Tiga laga awal musim 2025/2026 menjadi cermin bahwa revolusi tidak selalu berjalan mulus. Persib baru mencetak beberapa gol: dua dari Uilliam Barros, satu dari Febri Hariyadi, dan satu dari bek Argentina, Patricio Matricardi. Fakta bahwa bek turut menyumbang gol memperlihatkan betapa lini depan belum sepenuhnya tajam.
Masalah paling mencolok adalah penyelesaian akhir. Banyak peluang emas terbuang sia-sia, bahkan dua penalti di laga melawan PSIM Yogyakarta gagal dimanfaatkan.
Marc Klok dan Uilliam Barros, yang di sesi latihan tampil sempurna, justru gagal menuntaskan eksekusi di pertandingan resmi.
Evaluasi Bojan Hodak: Antara Tekanan dan Harapan
Pelatih Bojan Hodak, sosok yang dua musim lalu membawa Persib meraih gelar back to back juara, kini berada dalam sorotan besar. Dalam setiap konferensi pers, Hodak menekankan bahwa lini depan membutuhkan evaluasi mendalam.
“Kami seharusnya bisa menang, tapi ini sepak bola. Ketika gagal memanfaatkan peluang, maka tim tidak bisa menang,” ujar Hodak usai laga melawan PSIM.