Beberapa nama penerima di antaranya adalah:
- Hashim Djojohadikusumo
- Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
- Sugiono
- Abdul Mu’ti
- Fadli Zon
- Meutya Hafid
- Teddy Indra Wijaya
- Perry Warjiyo
- Christine Hakim
- Alm. Benyamin Sueb
- Almh. Titiek Puspa
Selain itu, Puan Maharani juga menerima penghargaan, namun dalam tingkatan berbeda. Ia dianugerahi Bintang Republik Indonesia Utama, yakni tanda kehormatan tertinggi negara yang berada satu tingkat di atas Bintang Mahaputera.
Makna dan Filosofi Simbolis
Secara fisik, Bintang Mahaputera Utama berbentuk kalung dengan bintang yang dikenakan di leher, serta patra yang ditempatkan di dada kiri. Desain ini memiliki makna filosofis mendalam:
- Bintang bersudut sepuluh melambangkan nilai luhur kebangsaan.
- Lingkaran di tengah menampilkan gambar setangkai kapas dan seuntai padi. Jumlahnya tidak sembarangan: 8 bunga kapas dan 45 butir padi, yang secara langsung merujuk pada tanggal 17 Agustus 1945, hari kemerdekaan Indonesia.
- Warna merah dan putih pada desain bintang mencerminkan simbol Bendera Merah Putih sebagai identitas nasional.
Sejak tahun 1972, penghargaan ini mengalami penyesuaian bentuk. Kini, penerima Bintang Mahaputera Utama mendapat kalung resmi yang dilengkapi dengan patra sebagai lambang kebesaran jasa mereka.
Lebih lanjut, pemberian tanda kehormatan ini bukan sekadar seremoni simbolis, melainkan bentuk pengakuan negara terhadap dedikasi individu yang telah berkontribusi menjaga kedaulatan dan kejayaan bangsa.
Dengan adanya penghargaan ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mengenal tokoh-tokoh nasional yang berperan dalam pembangunan, baik di bidang politik, ekonomi, seni, maupun kebudayaan.
Selain itu, penghargaan ini juga menjadi sarana untuk mengabadikan jasa para tokoh yang telah wafat, seperti Benyamin Sueb dan Titiek Puspa, yang karya dan pengabdiannya tetap dikenang sepanjang masa.