MEDAN SATRIA, POSKOTA.CO.ID - Malam nahas yang melalap Pasar Pejuang Pratama, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, masih meninggalkan luka bagi para pedagang. Bangunan yang dulu ramai dengan aktivitas jual beli kini hanya menyisakan puing-puing hitam dan bau asap yang masih menusuk.
Di antara para pedagang yang terdampak, Asep 45 tahun, pedagang buah, terlihat sedang mengais buah-buahan yang masih tersisa di depan kiosnya yang kini tinggal abu.
Sejak 1995, ia sudah menggantungkan hidup di pasar itu. Kini, Asep harus merelakan satu-satunya sumber nafkah keluarganya yang hilang dalam waktu seketika.
“Pasar ini jadi sumber penghasilan utama keluarga saya. Semalam saya dapat kabar pasar kebakaran, dan api tiba-tiba membesar. Hari ini saya cuma bisa selamatkan dua keranjang jeruk, satu semangka, sama beberapa melon. Yang lain habis semua,” ucap Asep lirih saat ditemui Poskota, Minggu 24 Agustus 2025.
Baca Juga: Pasar Pejuang Pratama Bekasi Terbakar, Sejumlah Pedagang Terpaksa Gelar Lapak Darurat
Bagi Asep, berdagang adalah jalan hidup. Sejak muda, ia pernah berjualan sayuran, kelapa parut, hingga akhirnya menetap sebagai pedagang buah. Tak pernah terbayang olehnya lapak yang sudah ia rawat puluhan tahun bisa lenyap hanya dalam hitungan menit.
“Dari dulu saya kerja ya cuma dagang. Pernah jualan sayur, kelapa parut, sampai akhirnya sekarang jualan buah. Saya enggak nyangka bisa kena musibah begini,” katanya.

Sebelum kebakaran, Asep mengaku kondisi pasar sudah tidak seramai dulu. Bahkan, dalam dua bulan terakhir, omzet dagangannya menurun drastis.
“Memang sekarang pasar tidak seramai dulu lagi. Biasanya kalau ramai, sehari bisa dapat Rp4 juta. Tapi belakangan paling Rp1 juta. Itu juga dagang dari pagi sampai jam 12 siang,” jelasnya.
Menurut Asep, kondisi lesunya ekonomi tidak hanya terjadi di Pasar Pejuang Pratama, melainkan juga di pasar-pasar tradisional lain di Bekasi. Meski begitu, ia tetap enggan meninggalkan tempat yang sudah menjadi bagian besar hidupnya.
Dan meski kiosnya habis dilalap api, Asep menegaskan dirinya tidak akan pindah. Ia justru berencana membuat gerobak sederhana untuk berjualan di depan pasar, demi menghidupi istri dan tiga anaknya.
Baca Juga: 120 Kios Pasar Pejuang Pratama Bekasi Ludes Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah
“Saya enggak ada niatan pindah. Saya tetap mau di sini. Untuk sementara saya bikin gerobak dulu, yang penting bisa kasih makan anak istri. Kalau pasar sudah dibangun lagi, saya balik ke sini,” tegasnya.
Sehari-harinya Asep biasa mengambil pasokan buah dari Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Dari hasil itulah ia mampu membiayai kehidupan anak-anaknya. Namun kini, kios sewaannya sudah tak lagi ada, hanya tersisa puing dan abu.
Di tengah keterpurukan, Asep berharap pihak pengelola pasar dan pemerintah segera turun tangan agar para pedagang bisa kembali menata kehidupan.
“Semoga cepat diperbaiki. Kami cuma minta pasar ini bisa dibangun lagi biar bisa kumpul lagi dengan teman-teman pedagang. Itu saja harapan saya,” jelasnya. (cr-3)