POSKOTA.CO.ID - Kemunculan seekor buaya di Kali Rivaria, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, kembali menyedot perhatian publik.
Fenomena yang terjadi pada 18 Agustus ini bukan kali pertama, sebab warga mengaku sudah beberapa kali melihat satwa reptil tersebut di aliran kali yang dekat dengan permukiman dan sekolah.
Kronologi Kejadian
Pada Senin, 18 Agustus, sekitar pukul 09.00 WIB, seekor buaya berukuran kurang lebih satu meter terlihat di aliran Kali Rivaria yang terletak di dekat SMA Negeri 5 Depok. Ucup, petugas keamanan sekolah tersebut, menuturkan bahwa reptil itu bertahan sekitar dua jam di lokasi.
Baca Juga: Kesaksian Wartawan soal Awak Media Diintimidasi saat Liput Sidak Pabrik di Serang
“Jam 9 pagi kemarin munculnya. Ada sekitar dua jam ia (buaya) bertengger di lokasi itu,” ucapnya di lokasi, Rabu, 19 Agustus 2025. Dia menyebut, buaya tersebut memiliki panjang kurang lebih satu meter.
“Kurang lebih ada panjangnya satu meter,” tuturnya.
Menurut pengakuannya, fenomena ini bukan kali pertama terjadi. Setahun sebelumnya, warga juga pernah menangkap seekor buaya di lokasi serupa. Bedanya, kali ini ukuran buaya terlihat lebih besar.
“Tahun lalu pernah ketemu juga, dan satu ekor sempat ditangkap dan sudah diberikan ke komunitas. Ini ada lagi, tetapi lebih besar,” ujarnya.
Keterangan ini segera menimbulkan rasa penasaran masyarakat, apalagi lokasi kemunculan buaya sangat dekat dengan area aktivitas warga dan pelajar. Narasi video yang beredar di media sosial semakin memperkuat perhatian publik, sehingga fenomena tersebut menjadi viral.
Fenomena Buaya Ditengah Kota
Secara geografis, Depok bukanlah daerah yang identik dengan habitat buaya. Namun, aliran sungai dan kali yang melewati wilayah ini terhubung dengan ekosistem lebih luas. Beberapa pakar lingkungan menilai, munculnya buaya di permukiman padat bisa disebabkan oleh:
- Perubahan Habitat – Alih fungsi lahan, pembangunan perumahan, dan pelebaran infrastruktur membuat satwa liar kehilangan ruang hidup.
- Curah Hujan Tinggi – Saat debit air meningkat, buaya dapat terbawa arus dan muncul di wilayah yang tidak biasa.
- Populasi Buaya yang Terisolasi – Ada kemungkinan buaya memang sudah lama menghuni area kali, namun jarang terlihat oleh warga.
Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia dan satwa liar kini semakin sering berbagi ruang, terutama di wilayah urban yang terus berkembang.

Warga Antara Khawatir dan Terbiasa
Reaksi warga sekitar Kali Rivaria ternyata beragam. Sebagian ada yang khawatir, terutama mengingat kedekatan lokasi dengan sekolah. Namun, ada pula warga yang justru menganggap fenomena ini sebagai hal biasa.
Seorang pemancing bernama Ali, misalnya, tetap melakukan aktivitas memancing meski tahu buaya sempat muncul. Baginya, buaya hanya sesekali terlihat, biasanya saat kali meluap akibat hujan deras.
“Iya kemarin ada buaya, tapi emang saya biasa mancing disini,” ungkapnya.
“Kalau ujan deras, kali meluap emang beberapa kali muncul (buaya),” tandasnya.
Hal ini mencerminkan bagaimana masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi alam sekitar, meskipun risiko tetap ada.
Kemunculan buaya di Depok dapat dibaca dari sudut pandang sosial-budaya. Hewan ini sering diasosiasikan dengan mitos, kekuatan, bahkan simbol bahaya. Namun, di sisi lain, buaya juga menjadi pengingat bahwa ekosistem tidak bisa sepenuhnya dikendalikan manusia.
Dalam percakapan sehari-hari, sebagian warga mungkin menjadikan fenomena ini bahan cerita ringan atau rasa penasaran. Namun, bagi keluarga yang tinggal tepat di bantaran kali, munculnya buaya bisa memicu rasa waspada ekstra, terutama bagi anak-anak yang sering bermain di tepi sungai.
Artinya, fenomena ini tidak hanya soal satwa liar, tetapi juga menyangkut rasa aman, adaptasi, dan hubungan manusia dengan lingkungan perkotaan yang semakin kompleks.
Pentingnya Edukasi Satwa Liar
Kasus buaya di Depok juga menegaskan perlunya edukasi publik mengenai satwa liar. Bukan berarti masyarakat harus hidup dalam ketakutan, melainkan belajar memahami perilaku buaya dan cara menghadapinya.
Beberapa langkah edukatif yang bisa dilakukan:
- Memberikan sosialisasi kepada warga tentang langkah aman jika melihat buaya.
- Membekali sekolah-sekolah dengan prosedur tanggap darurat satwa liar.
- Mengajak komunitas lingkungan untuk melakukan monitoring rutin di area kali.
Dengan pendekatan ini, fenomena buaya tidak lagi sekadar viral di media sosial, tetapi menjadi pintu masuk untuk membangun kesadaran ekologis.
Kemunculan buaya di Kali Rivaria Depok bukan hanya peristiwa viral yang memicu rasa penasaran, tetapi juga cerminan hubungan manusia dengan lingkungan. Ia menghadirkan pertanyaan penting: sejauh mana kota siap hidup berdampingan dengan satwa liar?
Daripada hanya menanggapi dengan rasa takut atau menjadikannya hiburan media sosial, masyarakat bisa belajar untuk memahami, menghormati, dan mengelola kehadiran satwa liar secara bijak. Sebab, pada akhirnya, keamanan manusia dan kelestarian ekosistem adalah dua hal yang saling terkait.