Jembatan Kota Intan di Kawasan Kota Tua Jakarta, ikon bersejarah peninggalan VOC yang kini berusia hampir 400 tahun (Sumber: Instagram/@sondangsusan)

Nasional

Jembatan Tertua di Indonesia Ada di DKI Jakarta, Simak Sejarah dan Julukannya

Kamis 21 Agu 2025, 08:34 WIB

POSKOTA.CO.ID - Di tengah hiruk pikuk ibu kota yang terus berkembang, berdiri sebuah jembatan tua yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Jakarta Jembatan Kota Intan. Jembatan ini bukan sekadar sarana penghubung, melainkan simbol transformasi sebuah kota dari masa kolonial Belanda hingga kini menjadi pusat modernisasi Indonesia.

Jembatan Kota Intan dibangun pada tahun 1628 oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda yang saat itu menguasai Batavia.

Dengan demikian, pada tahun 2025 usianya diperkirakan telah mencapai 397 tahun, menjadikannya jembatan tertua di Indonesia yang masih berdiri hingga kini.

Baca Juga: Polisi Bongkar Peredaran Obat Keras Ilegal di Ciputat Timur, Tiga Pelaku Ditangkap

Asal Nama dan Perubahan Identitas

Sejak awal pembangunannya, jembatan ini mengalami beberapa kali perubahan nama yang mencerminkan kondisi sosial, politik, maupun geografi pada masanya:

  1. Engelse Burg (1628–1629)
    Disebut Jembatan Inggris karena saat itu Inggris memiliki pengaruh dalam aktivitas perdagangan. Namun, tidak lama berselang, jembatan ini rusak akibat serangan dari pasukan Banten dan Mataram ke Benteng Batavia.
  2. De Hoender Pasar Brug (1630)
    Setelah diperbaiki, jembatan ini dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam karena letaknya berdekatan dengan pasar unggas yang ramai pada masa itu.
  3. Jembatan Pusat (1655)
    Banjir besar dan erosi air asin merusak jembatan. Setelah dibangun kembali, ia dinamai Jembatan Pusat karena posisinya strategis sebagai akses utama perdagangan Batavia.
  4. Uliana Bernhard (1938)
    Pada era menjelang Perang Dunia II, jembatan kembali direnovasi dan mendapat julukan Uliana Bernhard, merujuk pada gaya arsitektur dan pengaruh Eropa kala itu.
  5. Jembatan Kota Intan (Pasca-Proklamasi 1945)
    Setelah Indonesia merdeka, identitas kolonial mulai ditanggalkan. Nama jembatan diganti menjadi Jembatan Kota Intan, sesuai dengan kawasan tempatnya berada, yaitu sekitar Kampung Kota Intan di Kota Tua Jakarta.

Arsitektur dan Fungsi Strategis

Jembatan Kota Intan memiliki gaya arsitektur khas Belanda abad ke-17. Desainnya berupa jembatan angkat kayu (drawbridge) yang memungkinkan kapal dagang keluar masuk melalui kanal-kanal Batavia.

Mekanisme angkat ini dahulu berfungsi penting untuk mengendalikan lalu lintas kapal yang membawa rempah, komoditas utama perdagangan VOC.

Meskipun kini tidak lagi digunakan untuk fungsi transportasi sungai, struktur kayu dan besi yang kokoh tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan arsitektur bersejarah.

Jembatan Paling Tua di Indonesia Ternyata Berada di Jakarta, Pernah Berganti Nama Berkali-Kali (Sumber: Wanderboat)

Peran di Masa Kolonial

Pada abad ke-17 hingga ke-18, jembatan ini menjadi titik vital dalam aktivitas ekonomi Batavia. Jalur perdagangan rempah dari Sunda Kelapa menuju pusat kota melewati kawasan ini. Jembatan Kota Intan sekaligus menjadi akses penting bagi pasukan Belanda untuk keluar masuk benteng pertahanan.

Keberadaannya juga berhubungan erat dengan konsep tata kota Batavia yang meniru model kota pelabuhan di Belanda. Kanal-kanal buatan dan jembatan penghubung seperti Kota Intan menjadi bukti nyata bagaimana kolonialisme memengaruhi wajah awal Jakarta.

Jejak Kehidupan Sosial di Sekitar Jembatan

Selain fungsi perdagangan, Jembatan Kota Intan juga mencerminkan dinamika sosial masyarakat Batavia. Pasar ayam yang dulu ramai di sekitarnya menunjukkan aktivitas sehari-hari warga dari berbagai etnis: pribumi, Tionghoa, Arab, dan Eropa.

Interaksi lintas budaya di kawasan ini menjadikan Batavia sebagai melting pot, sekaligus menciptakan lapisan sejarah sosial yang masih terasa hingga kini di kawasan Kota Tua.

Jembatan Kota Intan di Era Modern

Saat ini, Jembatan Kota Intan berada di kawasan Kota Tua Jakarta, sebuah wilayah yang dikelilingi oleh bangunan berarsitektur Eropa kuno seperti Gedung Fatahillah, Museum Bank Indonesia, dan deretan rumah dagang Belanda.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui program revitalisasi Kota Tua berencana menata ulang kawasan ini agar menjadi pusat ekonomi kreatif (ekraf). Penataan ulang tidak hanya fokus pada estetika, melainkan juga menyatukan sejarah dengan potensi ekonomi.

Rencana tersebut meliputi:

Sebagai warisan sejarah, Jembatan Kota Intan bukan sekadar peninggalan kolonial. Bagi warga Jakarta, jembatan ini adalah identitas ruang pengingat bahwa kota yang kini dipenuhi gedung pencakar langit pernah berawal dari kanal-kanal dan jembatan kayu.

Banyak pengunjung yang datang ke kawasan Kota Tua bukan hanya untuk berfoto, tetapi juga untuk merasakan atmosfer masa lalu yang masih kental.

Dalam konteks ini, Jembatan Kota Intan menjadi jembatan waktu, yang menghubungkan generasi kini dengan kisah-kisah sejarah yang membentuk Jakarta modern.

Baca Juga: Langkah-langkah Cek Bansos PKH BPNT Kemensos Online, dari Link atau Aplikasi

Tantangan Pelestarian

Meski telah menjadi ikon wisata, keberadaan Jembatan Kota Intan menghadapi tantangan serius, di antaranya:

Pelestarian Jembatan Kota Intan memerlukan sinergi antara pemerintah, komunitas sejarah, dan masyarakat agar warisan ini tidak hanya terawat secara fisik, tetapi juga tetap relevan secara kultural.

Jembatan Kota Intan bukan sekadar infrastruktur tua, melainkan ikon sejarah Jakarta yang mencerminkan perjalanan panjang kota ini dari Batavia hingga Jakarta modern. Usianya yang mendekati empat abad menjadikannya jembatan tertua di Indonesia yang masih berdiri hingga kini.

Keberadaan jembatan ini menyimpan pesan penting: bahwa sebuah kota tidak hanya dibangun dari beton dan baja, tetapi juga dari ingatan kolektif masyarakatnya.

Melalui upaya pelestarian dan revitalisasi, Jembatan Kota Intan dapat terus menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan Jakarta.

Tags:
Wisata sejarah JakartaRevitalisasi Kota TuaJembatan VOC BataviaSejarah Kota Tua JakartaJembatan tertua di IndonesiaJembatan Kota Intan

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor