Jika dilihat lebih jauh, revitalisasi Kalimalang bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan emosional. Sungai, dalam banyak budaya, bukan hanya aliran air, tetapi simbol kehidupan, ruang berkumpul, dan tempat lahirnya interaksi sosial.
Bagi masyarakat Bekasi, yang selama ini terbiasa dengan kota “panas dan padat”, Kalimalang bisa menjadi “ruang bernapas”. Di sinilah peran pemerintah menjadi penting—menciptakan lingkungan kota yang memicu warganya untuk keluar rumah, berinteraksi, dan menikmati kebersamaan.
Kang Emil pernah menyebutkan, salah satu ciri kota bahagia adalah ketika warganya merasa ada yang kurang jika belum keluar rumah. Jika Kalimalang berhasil menghadirkan perasaan itu, maka Bekasi akan naik kelas sebagai kota yang bukan hanya produktif, tetapi juga menyenangkan untuk ditinggali.
Dampak Ekonomi dan Sosial: Wisata Murah untuk Semua
Kalimalang bukan hanya menjawab kebutuhan rekreasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Revitalisasi ini berpotensi menghadirkan:
- UMKM lokal – Pedagang makanan dan minuman dapat berkembang dengan memanfaatkan arus pengunjung.
- Lapangan kerja baru – Mulai dari sektor pariwisata, keamanan, hingga jasa transportasi.
- Pengembangan seni lokal – Adanya Taman Seni memungkinkan seniman lokal menampilkan karyanya di ruang publik.
Dari sisi sosial, kehadiran Kalimalang yang ramah keluarga dapat memperkuat ikatan antarwarga. Anak-anak memiliki ruang aman untuk bermain, orang tua bisa berolahraga atau bersantai, sementara komunitas dapat menggelar acara bersama.
Tantangan Revitalisasi: Antara Harapan dan Kenyataan
Meski gagasan ini mendapat sambutan positif, ada tantangan besar yang harus dihadapi:
- Kebersihan dan perawatan: Sungai seringkali menjadi tempat buangan sampah. Tanpa kesadaran kolektif, revitalisasi bisa cepat rusak.
- Keamanan: Kawasan publik harus dilengkapi pengawasan agar tetap nyaman.
- Konsistensi anggaran: Proyek jangka panjang kerap terhambat jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah.
Perspektif manusiawi juga perlu diingat: warga berharap bukan hanya pembangunan indah di awal, tetapi juga keberlanjutan. Jangan sampai Kalimalang menjadi proyek sesaat tanpa perawatan jangka panjang.
Baca Juga: Perkuat Nasionalisme Pelajar, Maxim Gelar Kuis Sejarah untuk Siswa SMP
Bekasi Menuju Kota Bahagia?
Revitalisasi Kalimalang adalah bagian dari visi besar menjadikan Bekasi lebih manusiawi. Selama ini, kota ini identik dengan kawasan industri, kemacetan, dan kepadatan penduduk. Dengan hadirnya ruang publik baru, Bekasi punya kesempatan untuk membangun identitas baru: kota yang layak ditinggali dan membahagiakan warganya.
Kalimalang bisa menjadi contoh bahwa pembangunan kota bukan hanya soal beton, jalan, dan gedung, tetapi juga tentang rasa. Rasa bahagia, rasa memiliki, dan rasa nyaman yang lahir dari ruang publik yang hidup.
Revitalisasi Kalimalang di Bekasi bukan hanya proyek tata kota, tetapi juga simbol perubahan. Ia menjawab kebutuhan warga akan wisata murah, ruang publik berkualitas, serta kesempatan untuk membangun kota yang lebih bahagia.
Ke depan, keberhasilan Kalimalang akan ditentukan oleh dua hal: konsistensi pemerintah menjaga pembangunan, dan partisipasi warga dalam merawatnya. Jika keduanya berjalan beriringan, Bekasi bisa benar-benar punya ikon baru yang membanggakan.