Bertani di Tengah Kota, Petani Milenial Bekasi Ini Raup Untung dari Lahan Sempit

Jumat 15 Agu 2025, 13:47 WIB
Abdul Rosid, 42 tahun, menunjukkan hasil panen ubi jalar dari budidaya di lahan terbatas miliknya di Pondok Melati, Kota Bekasi. Metode urban farming ini menjadi inovasi pertanian perkotaan di tengah minimnya lahan. (Sumber: Istimewa)

Abdul Rosid, 42 tahun, menunjukkan hasil panen ubi jalar dari budidaya di lahan terbatas miliknya di Pondok Melati, Kota Bekasi. Metode urban farming ini menjadi inovasi pertanian perkotaan di tengah minimnya lahan. (Sumber: Istimewa)

PONDOK MELATI, POSKOTA.CO.ID – Di tengah gencarnya alih fungsi lahan menjadi perumahan dan industri, Abdul Rosid 42 tahun, warga Kampung Sawah, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, membuktikan bahwa bertani di kota besar bukanlah hal mustahil. 

Ketua Petani Milenial Kota Bekasi ini berhasil memanfaatkan lahan terbatas di rumahnya untuk membudidayakan berbagai tanaman, termasuk buah duku endemik Bekasi dan umbi-umbian dengan metode modern.

Lulusan sekolah pertanian di Sukabumi dan Sarjana Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor ini mengaku alasan terjun ke dunia pertanian berawal dari minimnya ketersediaan lahan di Kota Bekasi serta pengalaman pahit masa kecilnya.

"Alasan saya terjun ke dunia pertanian pertama agar saingan ke dunia kerja atau usaha tidak terlalu banyak. Yang kedua, terkait dengan perut. Karena waktu saya kecil, saya ingat betul, sering mengalami kesulitan makan. Nah, dari situlah saya merasa harus berkecimpung di bidang pertanian," ujar Rosid kepada Poskota, Jumat, 15 Agustus 2025.

Baca Juga: Gerakan Pramuka Kota Bekasi Gelar Kamping di Plaza Pemkot, Diikuti 400 Peserta

Rosid menilai, meski Kota Bekasi nyaris tak memiliki lahan persawahan, dari segi ketersediaan pangan justru termasuk yang terlengkap dibandingkan kota lainnya. 

"Bayangkan, meskipun sawah dan perkebunan terbatas, dari sudut pandang komoditas pangan, Kota Bekasi adalah yang terlengkap," tegasnya.

Namun, Rosid mengatakan saat ini banyak kota besar yang mengalami krisis regenerasi petani dan maraknya alih fungsi lahan. Bahkan lahan pertanian banyak berubah jadi industri, perumahan, dan permukiman. 

Rosid sendiri lahir dari keluarga petani. Kakeknya dulu memiliki sawah luas, namun semua hilang tergerus pembangunan permukiman. 

"Setelah saya masuk SD, sawah itu mulai lenyap karena permintaan akan permukiman," kenangnya.

Kini, Rosid memelihara ratusan pohon duku di lingkungan rumahnya yang ada di Kampung Sawah. Dia mengatakan Kampung Sawah dulu dikenal sebagai desa penghasil buah-buahan seperti bacang, kebembem, nangka, kecapi, jamblang, dan durian. Namun, banyak yang mulai punah.


Berita Terkait


News Update