Gunawan Paggaru, Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI), bahkan menyatakan setuju jika penayangan film ini dibatalkan.
"Ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi industri film nasional, terutama dalam hal kualitas produksi," ujarnya.
Produksi Minim Budget, Dibuat dengan "Biaya Terima Kasih"
Sutradara sekaligus produser eksekutif film, Endiarto, mengakui bahwa film ini dibuat dengan dana sangat minim.
"Kami menggarap film ini dengan modal pas-pasan, bahkan bisa dibilang dengan 'biaya terima kasih'," ungkapnya.
Keterbatasan dana juga menjadi alasan minimnya Digital Cinema Package (DCP), sehingga film tidak bisa didistribusikan secara luas.
Baca Juga: Viral di Medsos, Film Merah Putih: One For All Batal Tayang di Bioskop Cinepolis
Sinopsis dan Harapan di Balik Kontroversi
Merah Putih: One for All bercerita tentang delapan anak dari berbagai suku dan etnis di Indonesia yang berpetualang mencari bendera Merah Putih yang hilang sebelum upacara 17 Agustus.
Meski menuai kritik, film ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi pengembangan animasi Indonesia ke depan.
Pembatalan tayang di Cinepolis menjadi bukti bahwa industri film animasi Indonesia masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal kualitas dan pendanaan. Namun, kehadiran Merah Putih: One for All di beberapa bioskop tetap menjadi bukti semangat kreativitas sineas lokal.