POSKOTA.CO.ID – Pengunduran diri Joao Angelo De Sousa Mota dari jabatannya sebagai Direktur Utama Agrinas, anak usaha Danantara, memicu diskusi publik terkait masa depan perusahaan superholding tersebut dan arah kebijakan ekonominya di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Jurnalis senior Hersubeno Arief mengingatkan kembali visi awal pembentukan Danantara yang disebut Presiden Prabowo terinspirasi dari gagasan ayahnya, ekonom Prof. Soemitro Djojohadikusumo.
“Presiden Prabowo kan menyatakan bahwa lembaga ini terinspirasi dari impian bapaknya, Profesor Soemitro, yang tidak bisa diwujudkan di era Orde Baru. Prabowo pastilah juga membayangkan Danantara tujuannya sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Hersubeno, dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Namun, menurutnya, tantangan muncul di tingkat implementasi. “Kita tahu banyak sekali sekarang ini para pejabat kita ini adalah para kapitalis, orientasinya bukan kesejahteraan rakyat tapi untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan,” tambahnya.
Baca Juga: Bos Agrinas Mengundurkan Diri, Pengamat Soroti Efisiensi dan Kepentingan Politik dalam Danantara
Pengamat politik Rocky Gerung mempertanyakan apakah Danantara benar-benar dirancang sesuai visi ekonomi Prof. Soemitro, atau yang ia sebut “Sumitronomik”.
“Apakah keterlibatan politisi di situ mengganggu aktivitas bisnis? Apakah birokrasi dijalankan sesuai dengan misi kesejahteraan atau justru menghambat?” kata Rocky.
Ia mengingatkan bahwa Danantara sejak awal diluncurkan digadang-gadang sebagai salah satu BUMN terbesar di dunia. Namun, menurutnya, harapan tersebut kini dipertanyakan.
“Bagaimana kalau kebutuhan modal besar tiba-tiba macet karena investor enggan ikut berinvestasi? Apa konsekuensinya bagi negara kalau gagal bayar utang sementara potensi Danantara masuk bisnis internasional terhalang?” ujarnya.
Baca Juga: Pengamat Politik Apresiasi Pengunduran Diri Bos Agrinas dari Danantara
Rocky menilai Presiden Prabowo akan menghadapi tuntutan publik dan sejarah jika Danantara gagal menghasilkan kemakmuran yang dijanjikan.
Ia juga menilai pengunduran diri Joao Mota dapat menjadi sinyal penting bagi investor asing. “Publik dan investor menunggu keterangannya supaya terlihat bahwa Indonesia serius menghasilkan harapan bagi rakyat,” ujarnya.
Menurut Rocky, pembentukan Danantara yang menggabungkan dividen seluruh BUMN memerlukan visi bisnis yang tajam dan kehati-hatian dalam eksekusi.
“Sebelum BUMN-BUMN yang bernaung di Danantara disempurnakan manajemennya, ketidaksempurnaan itu bisa memperlambat proses bisnis, seperti yang mungkin terjadi di Agrinas,” katanya.