Sebagai manusia, kita cenderung mempercayai bukti visual lebih daripada sekadar teks. Teknologi AI kini mampu menciptakan gambar dan video yang sangat realistis, sehingga perbedaan antara fakta dan fiksi semakin kabur.
Dampak psikologisnya dapat mencakup:
- Rasa Cemas dan Takut: Menyaksikan video kematian yang diyakini nyata dapat memicu trauma ringan bagi sebagian orang.
- Kebingungan Informasi: Sulit membedakan mana kejadian asli dan mana hasil manipulasi.
- Erosi Kepercayaan Publik: Jika hoaks semakin sering terjadi, publik bisa menjadi skeptis terhadap semua berita, termasuk yang benar.
Cara Membedakan Konten Asli dan AI
Untuk menghindari tertipu oleh konten serupa di masa depan, berikut adalah lima cara sederhana mengenali konten hasil AI:
- Perhatikan Detail yang Aneh
Periksa tekstur kulit, bentuk tangan, atau latar belakang yang sering kali terlihat tidak wajar. - Periksa Sumber Informasi
Pastikan berita muncul di media resmi atau sumber terpercaya. - Cari Label AI
Beberapa platform kini memberi tanda pada konten yang dihasilkan AI. - Gunakan Alat Pendeteksi AI
Ada sejumlah situs dan aplikasi yang bisa membantu mengidentifikasi gambar atau video AI. - Lakukan Reverse Image Search
Teknik ini bisa membantu melacak asal-usul foto dan memastikan apakah gambar pernah digunakan sebelumnya.
Baca Juga: Link Poster HUT ke-80 Republik Indonesia 17 Agustus 2025, Bisa Edit Sesuka Hati
Peran Publik dalam Memerangi Hoaks AI
Memerangi hoaks bukan hanya tugas pemerintah atau platform media sosial, tetapi juga tanggung jawab setiap pengguna internet. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Menjadi Filter Informasi
Tidak semua yang viral layak dibagikan. Verifikasi dulu sebelum menekan tombol share. - Edukasi Literasi Digital
Ajarkan kepada keluarga dan teman cara memeriksa kebenaran informasi. - Laporkan Konten Hoaks
Gunakan fitur pelaporan pada platform media sosial untuk menandai konten yang menyesatkan.
Setelah ditelusuri oleh tim Poskota, kabar bahwa Jessica Radcliffe meninggal karena dimakan paus orca adalah tidak benar. Konten tersebut merupakan hasil manipulasi kecerdasan buatan yang diberi label AI oleh kreatornya sendiri.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa di era teknologi canggih, kemampuan kita memverifikasi informasi menjadi keterampilan yang sangat penting. Jangan biarkan emosi mengalahkan logika, dan biasakan diri untuk memeriksa kebenaran setiap informasi sebelum menyebarkannya.
